Am I a Monster?

sintia indrawati
Chapter #10

Teror

Pemuda tampan itu masih setia duduk di atas tanah. Di sekitarnya terdapat banyak gundukan-gundukan tanah yang bertabur bunga di atasnya. Sorot matanya tak lekang dari pandangan batu nisan di depannya. Ia mengusapnya dengan lembut.

Pandangannya berubah sayu. Bulir air mata telah bertengger di pelupuknya. Pria itu menengadah. Melihat langit yang mulai menampakkan warna kemerah-merahan. Mungkin tak lama lagi langit akan berubah menjadi biru tua. Ia harus pergi. Tapi ia masih ingin tetap tinggal disini.

Karena baginya disini ia merasa tenang. Dan bisa mengenang masa lalunya yang indah.

"Aku.. rindu.."

Dua kata itu lolos dari bibirnya. Ia tersenyum tipis sambil menaburkan kelopak-kelopak bunga berwarna merah itu.

"Kau tau? Aku bertemu orang yang mirip sekali denganmu."

Pemuda itu terkekeh walau bulir air matanya lolos begitu saja di wajah tampannya. Ia mengusapnya. Lalu mengambil sebuah bucket bunga mawar putih yang ada di sampingnya. Meletakannya di depan foto yang terpajang di batu nisan tersebut.

"Sayang, tapi dia... itu berbanding terbalik dengan sifat-sifatmu yang hangat dan ceria."

Adam melanjutkan ceritanya. Berharap bahwa orang yang ia ajak bercerita itu mendengarkan ceritanya dengan baik. Adam lebih suka bercerita dengan gundukan tanah itu. Karena baginya.. nyaman.. walaupun yeah seperti berbicara sendiri. Dan tak ada yang menanggapi. Lagipula ia hanya butuh pendengar.

"Dia.. cantik.. sama sepertimu.."

Lanjut Adam.

Tangannya mengusap pelan batu nisan di depannya. Netranya lalu beralih ke foto yang terpajang di sampingnya. Foto gadis cantik berambut panjang dengan senyum yang indah. Senyum itu selalu membuatnya menjadi hidup. Hatinya teriris setiap kali melihat foto itu. Ia selalu tak bisa melupakan kenangan-kenangan bersamanya. Gadis yang ia cintai dan ia sayangi. Bahkan sampai saat ini. Entah mengapa rasa itu sulit berubah walaupun sudah lima tahun berlalu sepeninggal kekasihnya itu. Hati Adam belum bisa berpaling ke gadis lain.

Hari sudah mulai gelap. Burung-burung yang melintas di kepalanya kini kembali ke sarangnya. Adam beranjak sesudah mengecup foto kekasihnya itu. Lalu meninggalkan pelataran yang di penuhi gundukan-gundukan tanah.

Memasuki mobil dan menenggelamkan dirinya ke dalam mobil yang ia kendarai. Melaju dengan cepat meninggalkan tempat pemakaman umum.

Di sisi lain pria paruh baya mendatangi makam yang baru saja di datangi Adam. Pria itu menatap lurus makam di depannya. Berjongkok lalu menyentuh bunga mawar putih yang ada di atas gundukan tersebut.

"Dia itu.. sangat mencintai putriku."

Lalu beranjak pergi setelah meletakan bucket bunga lily yang terletak di samping gundukan tanah yang bertuliskan mawar.

***

Wanita muda itu berputar-putar mengelilingi gedung sekolah yang telah sepi. Ia berjalan dengan panik sambil mengeratkan coatnya. Ia rasa hawa nya semakin dingin. Tak ada seorangpun yang ia temukan di sana. Jelas saja ini bahkan sudah menunjukan pukul sembilan malam.

Gelap. Banyak lampu yang tak dinyalakan sehingga membuat bulu kuduknya berdiri. Langkahnya semakin cepat ketika melihat sebuah plang. Nafasnya memburu. Ia ingin segera sampai ke ruangan itu.

Sesampainya di depan daun pintu bercorak cokelat itu ia mengambil sebuah kunci dan memasukannya ke dalam lubang yang berada di pintu. Memutarnya sampai berbunyi.

cklek!

Dengan langkah perlahan ia memasuki ruang gelap tersebut. Ruang yang hanya berisi buku atau map-map penting milik sekolah juga medali dan penghargaan milik sekolah. Ia berjalan mendekati pintu di ruangan lain yang ada di dalam ruangan itu.

Lihat selengkapnya