"Pintunya terkunci dari dalam."
"Ah sepertinya saya membawa kuncinya."
"Coba pak."
Cklek
"Bisa?"
"Tapi mengapa pintunya tak bisa di buka?"
"Sepertinya ada benda yang menghalangi."
"Lalu bagaimana?"
Samar-samar terdengar suara dari luar. Mrs Lee mengernyit. Ia mulai membuka matanya. Suara-suara itu cukup mengganggu tidurnya yang tak beralaskan apapun.ia kedinginan sehingga membuat suhu tubuhnya sedikit naik.
Mengerjap dan mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Hanya ia sendiri. Apa tadi ia bermimpi. Ia mulai mengingat-ingat kejadian semalam. Tubuhnya gemetar lagi. Ia takut.
Lalu suara-suara itu mengejutkannya.
"Kita dobrak saja."
BRUUUAKKK
BRUUUUAAKK
"sepertinya benda yang menutupi pintu ini terlalu besar pak."
Mrs. Lee beranjak duduk. Matanya membulat. Ternyata sejak tadi malam ia masih belum beranjak dari ruangan khusus kepala sekolah ini. Ia bahkan tak tau ini sudah pagi atau belum. Dengan segera ia mendorong meja dan lemari yang menghalangi pintu itu walau dengan terseok-seok karena tubuhnya yang masih lemah.
BRUUUAAKKKKK
Pintu terbuka dengan keras. Membuat Mrs Lee terkejut. Untungnya ia segera pergi dari belakang pintu itu jika tidak, mungkin ia akan terlempar. Kekuatan macam apa itu bahkan tembok yang berada di belakang pintu itu sampai retak.
"Mrs Lee???????"
Pria paruh baya dan pemuda yang ada di depannya terkejut. Mrs lee pun ikut terkejut.
"Kenapa ada disini?"
Mrs. Lee terdiam ketika Pak Ronald membuka suara. Adam yang mendobrak pintu tadi pun mengernyit dan melemparkan tatapan menelisik kepadanya.
Mrs. Lee masih membungkam. Ia bahkan lupa untuk memikirkan alasan ia berada disini. Ia merutuki dirinya sendiri.
"Saya.... tadi malam di teror.. lalu.. saya lari ke sekolah dan bersembunyi disini."
Pak Ronald selaku kepala sekolah terkejut. Lalu menatap Mrs Lee sejenak mencari sebuah kebohongan di matanya. Namun nihil ekspresi Mrs Lee bahkan sangat dapat di percaya.
"Siapa yang meneror anda Mrs Lee? Sebenarnya ada kejadian apa? Apa sepeninggal saya telah banyak ketinggalan sesuatu?" Pak Ronald menatap Mrs. Lee dan Adam bergantian dengan tatapan khawatir.