Kamboja menaruh ponselnya. Lalu dia terdiam. Sebelum akhirnya melompat-lompat senang setelah panggilan telepon dari Adam berakhir.
"Yeeeeayyy."
Akhirnya setelah sekian lama ia mempunyai teman juga. Teman yang selalu membuat jantungnya berdebar-debar. Ah sepertinya ini tak baik untuk kesehatan jantungnya tapi mau bagaimana lagi hanya Adam orang yang menjadi harapan satu-satunya dan yang mau menerima segala kekurangannya.
Kamboja mengingat-ingat obrolannya tadi. Adam bilang ia ingin bertemu di taman dekat danau. Jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Maka ia segera bergegas untuk pergi ke dapur. Kenapa ke dapur? Ah sepertinya Kamboja teringat tentang perkataan Adam tempo lalu bahwa Adam menyukai masakan Kamboja. Setidaknya ia ingin memasakan sesuatu untuk Adam-nya. Belum-belum Kamboja sudah mengclaim embel-embel -nya di belakang kata Adam. Biarkan saja Kamboja memang sedang merasakan--cinta. Sepertinya begitu. Walau Adam hanya menganggapnya sebagai teman. Tapi ia tetap bersyukur. Akhirnya ada orang yang mengakui keberadaan dirinya.
Berkutat pada benda-benda di dapur. Kamboja selesai membuat kue. Kue cookies berbentuk love. Sebenarnya itu tak seperti bentuk love. Tangannya begitu gemetar ketika membayangkan kencan pertamanya itu sehingga ia mencetak love dengan bentuk yang agak jelek. Ah apa?kencan? Apa ini bisa di sebut kencan?
Lalu Kamboja mengambil sebuah kotak makan dan menyusun kue-kue itu di dalam sana.
"Cha sudah siap."
Senyumnya mengembang mengukir garis cekung di kedua pipinya. Kamboja bergegas menuju kamarnya untuk membersihkan diri.
Membutuhkan waktu dua puluh menit untuk mandi. Cukup lama karena biasanya Kamboja hanya membutuhkan waktu lima menit saja. Tapi baginya hari ini adalah hari spesial maka ia harus mau berlama-lama di kamar mandi.
Kamboja duduk kursi. Memandangi wajahnya yang terpantul dari cermin meja riasnya. Wajah dengan poni yang sudah lumayan panjang hingga hampir menutupi matanya. Bibir tipis semerah cerry juga hidung kecil namun sedikit mancung. Kamboja mengambil sebuah peralatan makeupnya. Ah ini peralatan make up yang sudah lama ia beli. Hanya.. ia tak pernah menyentuhnya. Maka hari ini dengan tekadnya ia mencoba untuk menjadi wanita yang sebenarnya. Seperti wanita lainnya. Lagipula Adam pasti juga menyukainya. Tapi Kamboja tercenung menatap peralatan make upnya.
Hanya bedak dan liptint yang bisa ia pakai. Selain itu ia tidak bisa memakainya. Menghela nafas berat lalu menyapukan bedak dan liptint di bibirnya.
"Begini saja, takutnya aku di bilang aneh oleh Adam."
Kamboja hendak mengambil hoddie hitam kesayangannya namun ia urungkan, "ah kenapa kancingnya rusak sih.."
Kamboja lalu memakai hoddie berwarna grey dan memakai celana panjang hitam jeans. Kamboja tidak pintar berias. Lagipula ia juga harus menutupi wajahnya yang buruk rupa itu dengan tudung hoddienya.
Ia melangkah dengan riang meninggalkan rumahnya dan menuju tempat pertemuannya dengan Adam. Jantungnya berdetak lebih cepat. Entah kenapa wajahnya pun terasa panas. Apa ini rasanya memiliki seorang teman?
Kamboja sangat berterimakasih karena telah bertemu seorang seperti Adam. Baginya Adam itu seakan matahari di hidupnya. Dia yang membangkitkan kamboja dari keterpurukannya. Ia juga yang membuat Kamboja bisa tersenyum. Bahkan sebelum mengenal Adam, Kamboja sudah berkali-kali untuk mencoba bunuh diri. Ia lelah dengan semuanya. Ia lelah menjadi dirinya. Yang selalu di pandang sebagai monster untuk mereka. Namun berkali-kali Kamboja mencoba bunuh diri, ia hanya berakhir dengan selang cairan putih yang tertancap di tangannya. Mungkin Tuhan memang belum menginginkannya untuk mati.
Kamboja menghela nafas lalu duduk di sebuah kursi taman tepat di dekat danau. Netranya sibuk memandangi orang yang sedang bercengkrama dengan pasangannya masing-masing. Ah benar sekali tempat ini memang tempat paling indah untuk memadu kasih bukan? Oh tentunya sambil melihat sunset.
Tunggu.
Memadu kasih?
A--
"Dooorr!"
"Ah!" Kamboja tersentak. Ia menoleh ke arah pria di sampingnya yang berpenampilan--oke kali ini Kamboja terpukau oleh penampilannya. Kemeja abu-abu dengan lengan yang tergulung sampai siku yang membuat otot-otot tangannya terlihat jelas. Juga celana jeans hitam yang membuat kakinya terlihat jenjang. Kamboja melongo sesaat sampai Adam melambaikan tangannya tepat di depan wajah Kamboja.
"Hey, Kamboja!"