"Kau adalah pria terbaik yang pernah ku temui, selain ayahku."
-Kamboja-
"A-aku.."
Belum sempat Kamboja menjawab kepalanya berdenyut. Sakit. Seperti ada sebuah batu yang menghantam kepalanya. Kamboja menahan tubuhnya yang seakan hendak limbung. Penglihatannya mulai kabur. Semuanya seperti berputar-putar. Lalu pandangannya mulai gelap. Samar-samar ia mendengar seseorang yang memanggilnya. Lalu jantung nya seakan berhenti berdetak. Saat itu juga Kamboja tak sadarkan diri.
"Kamboja! Hey! Kamboja!!!"
Adam masih menahan tubuh Kamboja yang akan terjatuh. Adam panik. Ia menggeser maniknya ke segala arah. Nihil taman itu cukup sepi di jam-jam kantor seperti ini. Sial. Akhirnya Adam segera menggendong Kamboja dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Ia berlari. Dengan Kamboja yang berada di gendongannya. Bahkan ia tak peduli peluh yang sudah membanjiri keningnya. Yang ia pikirkan hanya agar cepat sampai ke rumah sakit.
Sekitar lima belas menit Adam berlari. Akhirnya ia mendaratkan tungkainya di pelataran sebuah rumah sakit. Para petugas berbaju putih itu berhamburan menarik bangkar lalu memindahkan Kamboja dari gendongan Adam ke bangkar tersebut.
Adam mengikuti para perawat yang membawa kamboja ke ruangan paling pojok. Sampai langkahnya di hentikan di depan sebuah pintu kaca bertuliskan UGD yang memisahkan antara ia dan Kamboja.
Nafasnya tersengal. Tubuhnya melorot seketika di dinding ruang bercat putih polos itu. Peluhnya bahkan sudah membanjiri sebagian baju seragamnya.
Adam menetralkan nafasnya. Lalu memejamkan matanya. Raut panik di wajahnya masih saja nampak. Suasana berubah mencekam kala tak ada tanda-tanda pintu ruangan itu terbuka. Lalu selang beberapa menit suara-suara orang yang berada di rumah sakit redam ketika sebuah pintu kaca itu bergeser dan menampilkan sosok pria bertubuh tinggi dengan balutan jas putih kebesarannya.
Pria itu tersenyum. Adam lalu beranjak dar duduknya dan mendekat ke arah pria itu.
"Jadi, bagaimana keadaan Kamboja kak?"
Sosok yang di panggil Kak itu hanya tersenyum lalu menepuk pundak Adam. "Dia.. baik-baik saja.. hanya syok.. bahkan ia sudah sadar dan bisa di temui. Kau boleh menemuinya."
Pria berjas putih itu tersenyum menampilkan senyumannya yang menawan. Entah kenapa itu membuat kepanikan Adam mencair seketika. Ya, ia percaya, Kamboja pasti baik-baik saja. Lalu Adam mengangguk. Sang pria berjas putih itu menggeserkan tubuhnya agar Adam bisa memasuki ruangan itu.
Namun baru satu langkah suara husky pria berjas itu mengintrupsi gerakannya. "Adam."
Adam menghentikan langkahnya. Ia hanya menoleh sedikit. Enggan untuk membalikan tubuhnya karena terlalu ingin segera mengetahui keadaan Kamboja yang sebenarnya.
"Aku.. ingin berbicara sesuatu kepadamu.."