Kamboja menyapu maniknya ke arah jalanan yang cukup ramai. Suara klakson bersahutan memekakan telinga. Entah kenapa hari ini hujan turun. Padahal langit tadi terlihat sangat cerah. Kamboja menggosok telapak tangannya guna menghangatkan tubuhnya. Kamboja lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi mobil yang sedang ia tumpangi. Menikmati suara hujan yang sedari tadi menghujam kaca mobil itu seakan memaksa ingin masuk ke dalamnya.
Lalu maniknya terfokus pada dua orang yang sedang berjalan di tengah guyuran hujan. Seorang pria memakaikan payung untuk meneduhi mereka berdua. Kamboja lalu meremat tangannya.
Fokus Dokter Jio yang sedang mengemudi pun teralihkan. Ia merasakan ada yang aneh dengan gadis di sampingnya. Ah memang sedari tadi Kamboja terdiam. Dokter Jio mengira jika gadis itu tertidur. Nyatanya tidak. Maniknya pun mengikuti ke arah pandang Kamboja. Ia terhenyak melihat dua orang dalam lindungan satu payung itu.
"Kamboja."
Kamboja terdiam. Pandangannya kosong. Ia tak sadar telah mencakar-cakar tangannya sendiri hingga luka. Dokter Jio yang menyadari segera menghentikan mobilnya.
"Kamboja.. hey Kamboja kau dengar aku?"
Kamboja masih terdiam. Tatapan kosongnya itu menyiratkan emosi dan juga kesedihan di maniknya. Dokter Jio meraih pundak ringkih Kamboja. Lalu memeluknya. Mengusap lembut punggung Kamboja. Tak lama kemudian suara isakan tangis terdengar. Ia merasakan kemeja yang ia pakai mulai basah. Kamboja menangis dalam pelukannya.
"Hey jangan menangis.. aku di sini.. aku ada disini bersamamu."
Suara husky itu terdengar lembut di telinga Kamboja hingga membuatnya menjauhkan tubuhnya dari pelukan pria itu. Kamboja lalu mengusap air matanya dengan kasar.
"Ma-af dokter Jio."
"Kita pulang ya?"
***
Hari ini hujan turun dengan derasnya membuat Adam sesekali mengumpat dalam hati karena sering kali terkena cipratan air oleh kendaraan yang lewat. Harusnya hari ini ia menjemput Kamboja di rumah sakit namun ia tak bisa melalaikan tugas dari ketuanya. Sebenarnya Adam sudah memaki-maki dalam hati karena tugas yang di berikan adalah tugas yang tak berkaitan sama sekali dengan pekerjaannya--menjemput putri kesayangan ketuanya yang sedang terjebak hujan.
Sial. Baju Adam sudah basah kuyup terkena air hujan yang jatuh semakin deras walau sudah memakai payung. Hujan ini seakan seperti ingin menghujam Adam. Menghabiskan Adam saat itu juga. Ah salahkan ia yang bodoh memarkirkan mobilnya di taman tadi. Sebenarnya yang salah juga putri ketuanya. Adam sudah repot-repot pergi ke taman kota yang di jemput malah dengan enaknya berteduh di cafe. Untung jaraknya tak terlalu jauh dari taman kota.
Adam melangkah dengan langkah yang tergesa-gesa karena tak mau terkena cipratan air dari kendaraan yang berlalu lalang lagi. Sorot mata nyalangnya menyorot gadis rambut blonde yang malah sedang asik-asiknya duduk di kursi cafe. Sambil menikmati secangkir yang entah apa yang ada di dalamnya. Tapi dari jauh sudah pasti itu minuman hangat karena terlihat asap yang masih mengepul dari dalam gelasnya. Adam juga ingin tapi--ah tidak perlu tubuhnya bahkan tak terasa kedinginan karena sedari tadi berlarian ke sana kemari mencari persensi gadis itu. Yang di cari malah dengan tenangnya sibuk menghangatkan tubuh sambil membaca buku di sebuah cafe tanpa rasa bersalah karena sudah menyusahkan orang lain.
Tungkainya mendarat tepat di depan gadis itu. Dengan wajah cantik yang tenang. Tak terusik sedikitpun karena maniknya sedang fokus membaca buku di depannya.
"Ayo pulang!"