"Baiklah, hanya itu saja tugasnya. Silakan kalian kerjakan ibu ada rapat dengan guru-guru lainnya."
"Baik bu guru." Ucap serentak para siswa.
Murid-murid mulai mengerjakan tugasnya. Setelah sosok gurunya hilang di balik pintu. Mereka mulai ramai. Berteriak-teriak. Menari-nari. Lompat-lompatan. Ah bahkan ada yang menjadikan gagang sapu untuk di jadikan mikrofon.
Kamboja tersenyum tipis melihat tingkah teman-temannya yang cukup ramai. Andai ia bisa menyatu dengan mereka. Mungkin ia akan senang. Memiliki banyak teman. Dan bergembira bersama. Sayangnya itu hanya angan-angannya semata.
Menggelengkan kepala lalu menunduk. Mengerjakan tugas yang di beri oleh gurunya tadi. Kamboja sebenarnya tak menyukai jam kosong. Lihatlah, sangat kentara sekali jika ia orang yang paling kesepian di tengah-tengah keramaian. Namun apa boleh buat, ia di takdirkan untuk kesepian. Ah Kamboja mungkin berlebihan, seharusnya ia sadar sekarang ia di berikan teman yang baik hati juga--tampan seperti Adam. Ya, Kamboja harusnya bersyukur.
Kamboja tersenyum ketika mengingat orang yang selalu menjadi teman baiknya itu. Dan..
BRAAAKKKKK
Pintu di dobrak dengan paksa. Keramaian itu tiba-tiba berhenti. Berubah menjadi mencekam. Para murid berhamburan menduduki mejanya masing-masing. Tiga pria yang mendobrak pintu itu menyorot tajam ke semua murid. Seakan menelanjangi siapapun yang di pandangnya.
Hening terlampau sepi. Bahkan hanya ada suara air conditioner yang terdengar nyaring saat ini. Pria berambut blonde itu menatap tajam satu persatu murid di kelas Kamboja. Menggulirkan maniknya hingga berhenti di satu titik.
Murid yang lain mengikuti arah pandangan pria berambut blonde itu. Pria itu berjalan mendekat. Kamboja gemetar. Ia menenggelamkan wajahnya di dalam tudung hoddie nya.
Salah apa aku? Kenapa? Kenapa aku??
Dug dug dug
Irama sepatu yang bertemu dengan lantai membuat tubuh Kamboja meremang. Kamboja memejamkan mata sambil menggigit bibir bagian dalamnya kala ketakutan mulai menggerogotinya. Mata sayu namun tajam itu membidik Kamboja. Aura hitam menguar di sekitarnya. Murid-murid meringis ngeri saat pria itu mendekat ke arah Kamboja. Kedua pria di belakangnya pun mengikutinya.
"Habislah dia."
"Biarkan saja."
"Cih dia kan hanya sampah."
Suara desas-desus itu menggema di telinga Kamboja. Membuat Kamboja geram. Ia panik luar biasa.
"Kau!"
"Dasar beruang kutub!" Reymon menempeleng kepala Kamboja.
"Hahaha.. hahaha.." tawa Nathan menggema di ruangan kelas itu.
Salah satu pria itu kini menarik paksa tudung Kamboja. Membuat wajahnya terlihat sepenuhnya. Felix tersenyum miring. Ia menjambak rambut Kamboja lalu menariknya ke belakang membuat wajahnya mendongak. "Kau ternyata buruk rupa.. cih!"
"Hahaha.. apa? Apa itu gambar benua amerika?", ejek Nathan.
"Bukan Nathan itu benua eropa!"