Am I a Monster?

sintia indrawati
Chapter #33

Epilog

"Benar katanya, penyesalan itu selalu ada di akhir.."

-Adam Erlan Pradana-

Hari masih sangat pagi. Matahari bahkan baru menyembul dari ufuk barat. Namun, tak menyurutkan langkah kaki pria berjas rapi itu untuk menapaki jalan yang masih sangat lenggang ini. Pria itu sedikit berlari agar segera sampai sebelum ia berangkat ke kantor. Ya, ini sudah seperti sebuah kebiasaan--lebih seperti aktivitas baru yang beberapa tahun belakangan ini ia lakukan. Pergi ke toko bunga di pagi hari lalu ke suatu tempat. Menemui orang yang sangat ia cintai. Ia tak pernah absen sedikitpun untuk tidak mengunjunginya. Walau terkadang ia hanya terdiam sambil menyerahkan bunga kesukaannya lalu pergi begitu saja.

Senyumnya merekah ketika toko yang ia tuju mulai terlihat di matanya. Ia mempercepat langkah kakinya. Jaraknya tidak sampai 50 meter dari apartemennya sehingga ia memilih untuk berjalan daripada membawa mobil. Lagipula jalan itu menyehatkan, bukan?

Memegang gagang pintu kaca sebuah toko bertuliskan "R' Florist" pria berjas hitam rapi itu menyeret tungkai jenjang nya ke dalam. Punggung sempit gadis berawakan tinggi berambut blonde menyambutnya. Tangannya bergerak-gerak, bisa di tebak sekarang ia pasti sedang menyelesaikan rangkaian bunganya.

Adam menyorot punggung itu sampai sang empunya menoleh sebab merasa ada yang mengamati dari belakang. Ia lalu tersenyum tipis kepada Adam. "Sudah datang?"

Adam tersenyum, "ya.. pesananku sudah jadi?"

"Ya. Sebentar aku ambilkan.." Lalu gadis berwajah dingin itu hilang dari pandangannya. Sembari menunggu gadis berambut blonde mengambil pesanannya Adam mendaratkan bokongnya ke sebuah kursi. Menyapukan netranya ke setiap sudut ruangan yang penuh dengan bunga. Adam menarik nafas dalam. Entah mengapa akhir-akhir ini ia sangat menyukai aroma bunga. Karena terlalu sering menginjakan kakinya ke sini atau.. Entahlah yang pasti Adam merasa aroma bunga itu menenangkan baginya.

"Aku menyukai bunga mawar putih.."

Sekelebat bayangan menghampiri pikirannya. Sesaat kemudian bayangan itu hilang kala gadis berambut blonde datang sambil membawa bucket bunga bercorak putih di tangannya.

Reyna lalu menyerahkan bucket bunga mawar putih itu kepada Adam. Adam menerimanya. Memandang bunga itu dengan lekat sambil tersenyum. Berulang kali ia mencium bunga itu. Menghirup aromanya dalam-dalam. Reyna tersenyum tipis mengamatinya lalu mendaratkan bokongnya di kursi kosong tepat di hadapan Adam.

"Kau belum berangkat?" 

Adam menarik netranya ke arah bias suara dingin nan tenang itu. "Belum.. seperti biasa aku ingin menemuinya dulu."

Reyna menghela nafas samar. Menyorot manik hitam kelam yang kini terasa hampa di hadapannya. "Ini bahkan sudah tiga tahun yang lalu.. kau masih belum mau membuka hatimu?"

"Entahlah.. aku ingin seperti ini dulu."

Lihat selengkapnya