Amado

mellsbelle
Chapter #1

#1 ~CANDU~

Hujan tak kunjung reda sedari beberapa jam yang lalu. Akupun belum beranjak dari tempatku duduk sejak hujan ini pertama turun. Bisa kulihat dari sini semua orang melarikan diri dari air yang terus membasahi jalanan tanpa ampun. Ada yang terus berlari menerobos serangan air hujan. Ada yang berhenti di bawah atap sebuah kedai. Ada juga yang terpaksa memasuki café ini, tempatku berada sekarang hanya sekedar untuk menunggu hujan reda sambil menikmati sesuatu yang hangat.

Berbeda sedikit dengan yang lainnya, aku tak menggunakan tempat ini untuk melarikan diri dari hujan. Aku pergi ke tempat ini dengan sengaja atas undangan sahabatku yang bekerja di sini, dia seorang pastry chef. Dia mengatakan akan membuat resep baru dan aku yang jadi 'kelinci percobaannya'. Tapi aku suka jadi kelinci percobaan, semua yang dia buat tidak pernah mengecewakan.

"Watermelon café latte siap dinikmati..." suara yang kukenal membuyarkan lamunanku. Dia Gio, barista di café ini. Laki-laki berparas tampan, tubuh yang tegap dan senyum yang memikat. "Kenapa tidak bilang mau ke sini? Aku bisa membuatkannya lebih cepat. Maaf hari ini café banyak pengunjung" ucap Gio setelah meletakkan kopinya ke hadapanku.

"Ah, terima kasih. Tidak masalah! Aku bisa menunggu. Lagipula aku tidak ingin mengganggu kalian" jawabku seraya meminum kopi itu. 

"Gi! Bisa bantu sebentar? Table 5 kayaknya mau pesan" ucap Mas Levi setengah berteriak dari arah kejauhan.

"Siap mas, sebentar!" Gio menjawab panggilan Mas Levi. "Sorry ya La, kayaknya harus aku tinggal lagi. Kalau butuh apa-apa panggil aja ya" ucapnya berpamitan dan ia benar-benar meninggalkan mejaku setelah kuberi anggukan sebagai jawabanku.

Mungkin aku juga hanya menggunakan undangan sahabatku sebagai alasan untuk terus datang ke sini. Alasanku sebenarnya adalah ingin selalu menikmati watermelon café lattenya. Melihatnya bekerja seperti ini, melihat caranya saat membuat kopi, pandangan fokusnya ketika menarik tuas mesin kopi kesayangannya itu dan lagi-lagi senyum menawan yang terlukis setelah dia berhasil menggambar sesuatu di kopinya. Aku seperti terbius olehnya, seakan momen seperti ini menjadi candu bagiku. Aku tidak ingat kenapa aku bisa menyukainya seperti ini. Mungkin karena sosoknya yang begitu hangat, seperti kopi yang selalu ia buat. Seperti latte di tanganku saat ini.

Kualihkan pandanganku ke arah kaca jendela, sepertinya hujan sudah mulai reda. Orang-orangpun mulai meninggalkan café satu per satu. Seperti yang kuduga sebelumnya, mereka pasti hanya menumpang berteduh. Seiring suasana café yang mulai sepi aku jadi tersadar sudah cukup lama aku berada di sini. Aku mulai ingat akan sahabatku dan sesuatu yang ia janjikan. Baru saja aku memikirkannya dia sudah terlihat keluar dari balik pintu kitchen dengan membawa sesuatu di tangannya, dia berjalan ke arahku.

"Ta-daa!!" dia menaruh dua piring berisi cake dan roti. Yang satu terlihat seperti cake coklat dengan lelehan ice cream di atasnya. Satu lagi terlihat roti adonan croissant berwarna hijau dengan serbuk terlihat seperti salju bagiku, kemudian dipercantik dengan selai strawberry. "Sweet Larva and Love Snow Matcha... Gimana? Cantik, kan?" dia mengembangkan senyum percaya dirinya.

Lihat selengkapnya