Matahari bersinar dengan indahnya, memamerkan cahaya pagi setiap makhluk di bumi ini, raut-raut wajah bahagia dari orang-orang yang sedang berbahagia.
Suara burung-burung pun menghiasi di seantero rumah.
Suara tembakan kecil yang sedang dimainkannya. Sorotan mata tajam bak elang yang sedang mengintai hewan buruannya.
Afshin begitu fokus melihat benda yang akan menjadi objek pelurunya, dan satu tembakan pas mengenai objeknya itu dengan sempurna.
"Wah peluru anda tuan pas sekali mengenai objek itu." Puji sang kepala pelayan bernama Han, pria paruh baya yang sudah lama bekerja dengannya.
"Bagaimana?" Tanya Afshin
"Anda memang hebat tuan, siapa orang yang dapat mengalahkan tembakan dari anda.
Afshin tersenyum manis, dengan apa yang diucapkan oleh pria paruh baya ini. Afshin memang sangat hobi menembak dan bermain kuda.
Beberapa kali ia melihat burung yang sedang terbang, ia mengarahkan senapannya kearah burung itu untuk dijadikan objeknya. Hanya tinggal satu hentakkan peluru itu akan tepat menembaki kearah burung itu. Namun ia urungkan kembali
"Tuan, mengapa anda tidak menembaknya?." Tanya sang kepala pelayan heran.
"Mereka makhluk hidup yang berhak untuk hidup, dan aku tak ada hak untuk mengambil nyawanya." Jawab bijak Shin yang penuh arti mendalam.
"Maafkan saya tuan, karena sudah lancang." Ucap Han dengan menundukkan. Kepala.
"Tidak apa paman, jangan bersikap seperti itu." Afshin selalu tersenyum kepada siapa pun.
*****
Pagi ini Yashmin sudah bersiap-siap, ia mulai memberanikan diri untuk keluar kamar bertatapan dan bertegur sapa dengan penghuni rumah ini. Walaupun perasaannya masih entah kemana.
Seorang pelayan wanita paruh baya datang ke kamarnya pelayan itu sangat baik pada Yashmin, dan pelayan itu pun seorang muslim yang sudah lama bekerja dirumah Afshin.
Namun pagi ini sang pelayan melihat heran kearah Yashmin, melihat wajahnya yang berbeda dari sebelumnya. Kali ini nampak fresh dan tak menangis lagi.
"Apa nyonya akan keluar?." Tanya pelayan itu yang bernama Masitah. Terdengar aneh sekali sesaat Masitah memanggilnya dengan nyonya.
Yashmin menganggukan kepala. Gadis itu menyentuh lengan bi Masitah lembut.
"Bibi panggil Yashmin saja yah, tidak usah ditambah dengan nyonya." pinta yashmin
"Tapi nyonya," sanggah Masitah
"Tidak ada tapi-tapi bi, aku mohon." Yashmin menangkupkan kedua tangannya seraya memohon.
"Baiklah,,,Yashmin." Balasnya dengan tersenyum.
"Apa bibi bisa mengantar Yash berjalan-jalan sekitaran rumah ini." Pinta Yashmin.
Bi Masitah menganggukan kepala tanda iya setuju.
Yashmin dan bi Masitah berjalan-jalan sebentar, memang terasa bosan jika harus menghabiskan waktu dikamar dengan menangis mengingat nasib yang dirasakannya kini, dan hari ini Yashmin mencoba memberanikan diri keluar. Agar ia tak berlarut-larut dalam kesedihan ini.
Tibalah kami di halaman rumah yang sangat luas nan asri banyak pohon maple yang berguguran dan bunga-bunga sakura yang menerbangkan bunganya dengan indah. "Ya Allah mengapa sangat indah sekali." Batin Yashmin saat dirinya melihat pemandangan taman yang sangat indah.
Tak henti-hentinya gadis itu menyentuh bunga sakura yang berwarna merah muda, dan menciumnya walaupun terhalang oleh cadar yang ia kenakan.
Bi Masitah nampak bahagia melihat istri majikannya ini mulai tersenyum.
"Apa anda suka?." Tanya nya karena melihat sikap Yash yang nampak senang.
"Hmm, iya bi, aku sangat menyukainya."
Ia mendengar suara tembakan, mata hazel Yashmin mengarah pada suara itu. Jaraknya tak terlalu jauh antara dirinya dengan Afshin yang sedang berlatih menembak.
Gadis itu tak berkedip, langsung diam tak berkata. Ketika tembakannya sangat tepat sasaran.