Sekarang yashmin menatap lekat dirinya dibalik cermin dengan tidak memakai cadar, wajahnya yang putih mulus dan mata hazelnya yang sangat indah. Kemudian ia memakaikan kembali cadarnya, wajah cantik dan putihnya kini tertutup lagi oleh kain tipis yang melekat diwajahnya.
Yashmin selalu merasa bosan dengan kegiatannya sehari-hari dirumah. Yah memang dalam agama jika wanita memang lebih baik dirumah. Tapi ia sangat merindukan ketika ia mengajar mengaji disalah satu lembaga muslim terbesar di korea. Mengajar para mualaf yang ingin memperdalam kembali ajaran-ajaran islam.
Gadis itu beberapa kali berdiri, duduk, berdiri, dan duduk lagi perasaannya tak tenang, ingin sekali rasanya ia meminta pada shin untuk bekerja. Tapi yashmin masih belum berani untuk berhadapan dengannya.
"Apa aku mengatakannya saja sekarang??, ah tidak, aku belum bisa berhadapan atau berkata dengan pria itu." Pikir yashmin yang masih gugup jika berhadapan dengan suaminya sendiri.
Tapi perasaannya bimbang. "Ya Allah ingin rasanya aku mengajar lagi, bosan juga jika terus berada dirumah seperti ini, bahkan hanya bibi masitah saja yang ku kenal." Lirihnya dengan nada sendu.
Yashmin menghela nafas panjang."Bismillah kau pasti bisa yash." Akhirnya ia bertekad untuk menemui afshin.
Dengan langkah gontainya berjalan menuju ruangan shin, setelah sampai ia berdiri didepan pintu kamar afshin, gadis itu masih ragu-ragu untuk mengatakan jika ia ingin bekerja. Tapi.... "Bismillah." lirihnya.
Sesaat gadis itu akan mengetuk kamar afshin.
Tuk, tuk, tuk, dengan tangan yang sudah bergetar hebat karena ini pertama kalinya jika ia harus berhadapan dengan seorang laki-laki asing baginya selain almarhum ayah dan kakak laki-lakinya.
Namun tak ada sahutan, yashmin pun mengetuk kembali. Tapi nihil tak ada sahutan juga.
Ia pun berfikir sejenak, tak mungkin baginya untuk masuk begitu saja. Disaat dengan keterbelengguannya, datanglah seorang kepala pelayan yang menghampirinya.
"Nyonya apa anda ingin bertemu dengan tuan afshin?." Tanya sang kepala pelayan. Pria paruh baya itu tersenyum ramah kepadanya.
"Hmm, iya pak han. Apa aku bisa bertemu dengannya." Pinta yashmin.
"Tapi tuan afshin sudah berangkat nyonya?." Balas sang kepala pelayan.
Terdapat rona kekecewaan dalam diri yashmin mendengar kalimat itu, tapi mau bagaimana lagi, mungkin lain waktu ia akan mengatakannya.
"Apa nyonya membutuhkan sesuatu, kalau benar saya bisa mengatakannya pada tuan, nanti ketika tuan sudah datang." Ucap pak han memberikan solusi.
"Hmm, tidak pak han nanti saja, saya permisi." Pamit yahsmin yang akan meninggalkan sang kepala pelayan yang masih berdiri.
Namun sesaat yashmin akan pergi. Gadis itu pun membalikkan tubuhnya kearah pak han yang masih berdiri.