"Maaf ya, Gam, selalu ngerepotin kamu. Tante khawatir kalo Manda sendirian di rumah."
Dirgam tersenyum tipis. "Gak apa-apa, Tan. Aku juga lagi santai aja," ujarnya.
Nike memberikan kunci rumah pada Dirgam. Setiap sebulan sekali, beliau pergi ke Bandung untuk mengunjungi suaminya yang bekerja disana. Biasanya Rafa akan mengantarnya, namun terkadang dia menyewa supir jika anak sulungnya itu sibuk. Manda sendiri tidak pernah ikut ke Bandung untuk menemui papanya. Karena besoknya dia harus sekolah. Lagipula papanya terkadang pulang saat akhir pekan.
Dirgam akan menjaga Manda saat orang tuanya pergi. Itu sudah biasa baginya, orang tua Manda memberikan kepercayaan penuh padanya karena selain dia bersahabat dengan Manda, orang tua mereka juga bersahabat baik.
"Rafa, ayo berangkat," Nike memanggil anak sulungnya itu.
"Iya, iya, Ma. Rafa tadi nyari dompet, tapi udah ketemu. Yuk," ajaknya.
"Dirgam, tante berangkat ya, makanan udah tante siapin di meja. Kalo mau pesen makanan, bilang aja biar tante yang bayar nanti," pesan Nike.
"Iya, Tan, makasih. Hati-hati di jalan," ujarnya lalu mencium tangan Nike.
Nike tersenyum dan masuk ke mobil.
"Titip adek gue, jangan macem-macem lo berdua," ujar Rafa sambil menepuk bahu Dirgam.
Dirgam menatap Rafa Datar. "Gak bakal gue apa-apain adik lo," balasnya membuat Rafa terkekeh lalu masuk ke mobil diikuti mamanya.
Setelah mobil mereka pergi, Dirgam menutup pagar, dan menguncinya sebelum masuk ke dalam rumah. Komplek perumahan Manda memang sepi, apalagi Hari Minggu. Meski ada satpam yang menjaga, tetapi sudah beberapa kali ada rumah yang berhasil di bobol pencuri. Biasanya pencuri akan berkedok menjadi pengantar barang atau makanan, bahkan ada yang menyamar menjadi kerabat dari keluarga yang rumahnya mereka incar.
Untungnya Dirgam hampir setiap hari ke rumah Manda, jadi satpam sudah mengenalinya.
Dirgam berjalan ke dapur, dan mengambil air minum. Dia menatap sarapan yang sudah tersedia di meja.
"Nanti aja dah," gumamnya lalu mengambil toples yang berisi keripik pedas milik Rafa dan membawanya ke ruang TV.
Dirgam membuat dirinya senyaman mungkin di rumah Manda dengan menikmati serial kartun pagi dan setoples keripik pedas kesukaan Rafa. Nanti dia akan menggantinya sebelum Rafa pulang.
Saat fokus menonton, tiba-tiba Manda duduk di sebelahnya dan bersandar di bahunya.
"Tuan putri sudah bangun," ejek Dirgam, namun Manda tak membalas.
Sepertinya gadis itu masih mengumpulkan nyawanya terlebih dulu.
"Mama sama Bang Rafa udah berangkat?" tanya Manda dengan suara serak khas bangun tidur.
"Iya," jawab Dirgam masih fokus menonton.
Manda menatap toples di tangan Dirgam. "Kok lo makan ini pagi-pagi?" Tanyanya.
"Pengen aja," Dirgam menoleh menatap sahabatnya yang masih memakai piyama hello kitty dengan rambut yang masih berantakan.
"Mandi sana, trus sarapan," ujar Dirgam, tangannya terulur untuk merapikan rambut Manda.
Manda menggeleng lalu bersandar pada Dirgam lagi. Dirgam menghela nafas, sudah biasa dengan tingkah Manda yang selalu manja padanya. Rafa bahkan sampai cemburu padanya karena Manda sangat dekat dengannya.
"Gimana lo mau punya pacar kalo tiap pagi aja kucel kayak gini," ujarnya membuat Manda mendengus.
"Biarin aja gak ada cowok yang mau sama gue yang kucel kayak gini. Gue bahagia jadi jomblo," balasnya tak mau kalah.
Dirgam terkekeh lalu merangkul Manda. "Dih, ngambek," ejeknya sambil mengacak rambut Manda yang berantakan semakin tak beraturan.
Manda diam saja. Ini masih terlalu pagi untuk bertengkar dengan Dirgam.
"Masih ngantuk?" Tanya Dirgam.
Manda menggeleng pelan. Dia melepas rangkulan Dirgam membuat Dirgam menatapnya.
Dirgam tidak dapat mengelak jika sahabatnya ini memang gadis cantik bahkan saat baru bangun tidur seperti sekarang ini. Dia hanya bercanda saat mengatakan Manda kucel tadi.
Mungkin jika dia menganggap Manda lebih dari adik, pasti jantungnya akan berdebar kencang sekarang karena terpesona.
Manda bersandar pada sofa. "Gue tadi pengen mandi, tapi sekarang mager," ujarnya. Dirgam mematikan televisi dan duduk menghadap sahabatnya.
"Lo kenapa gak mau ikut ke Bandung?" tanya Dirgam.
"Bukan gak mau ikut, tapi gak boleh sama papa, kan besoknya sekolah," jawabnya, Dirgam mengangguk paham.