"Mau kemana lo?" tanya Rafa yang melihat adiknya menuruni tangga.
"Jajan dong," Manda menyengir.
Rafa mendengus, pasti adiknya ingin ke supermarket untuk membeli cemilan. Sudah seperti hobi saja.
Tapi dia teringat sesuatu.
"Eh, dek, nitip keripik pedes kesukaan abang ya?" Pintanya dengan nada sok manis.
Manda berdecak. "Ada maunya kan lo. Iya gue beliin, sebagai adik yang baik gue akan menuruti permintaan abang minus akhlak kayak lo," balasnya.
Rafa hanya tersenyum manis meski dia sebenarnya kesal dengan ucapan adiknya ini. Tapi demi keripik pedas kesukaannya, dia akan bersikap baik.
"Hati-hati ya," pesan Rafa saat Manda membuka pintu depan.
Manda mendelik. "Giliran ada maunya, lo sok manis sama gue," sinisnya lalu berjalan keluar.
Rafa tertawa puas.
Menjahili Manda adalah hobinya setiap waktu. Namun begitu, adiknya itu tak pernah membalas, hanya mendumel kesal seperti tadi, dan itu terlihat lucu baginya.
Manda baru saja membuka pagar rumahnya, tapi sebuah motor yang sangat dia kenal berhenti di depan rumahnya.
"Hai," sapa Dirgam setelah membuka helmnya.
"Hai. Perasaan kita gak ada janji belajar bareng," Manda menghampiri Dirgam.
"Emang enggak. Tapi gue yakin jomblo kayak lo pasti kesepian tiap malem minggu," Dirgam tersenyum usil.
Manda berdecak. "Gini nih, kalo jarang ngaca. Gak sadar dirinya jomblo juga," balasnya membuat Dirgam menyeringai.
"Makanya tujuan gue kesini mau ngajak lo jalan," ucapnya membuat Manda terkekeh.
"Jalan kemana?"
"Ada pokoknya, mau gak?" tanya Dirgam.
"Mau, tapi gue mau beliin cemilan Bang Rafa dulu, tadi dia nitip," jelasnya.
Dirgam tersenyum. "Tenang aja, gue udah punya sogokan buat Bang Rafa," jelasnya sambil menunjukkan plastik yang berisi cemilan pedas kesukaan Rafa.
Manda terkekeh, Dirgam pasti tau kalau Rafa tidak akan mengizinkannya keluar begitu saja.
"Ya udah, gue siap-siap dulu," Manda kembali masuk yang diikuti Dirgam.
Rafa menatap Manda yang berlari ke arah tangga menuju kamarnya.
"Dek, keripik gue mana?!" Teriaknya namun Manda menghiraukannya.
Rafa terkejut saat bungkusan plastik mendarat di sampingnya. Dan dia tersenyum senang saat melihat isinya.
"Gue mau ngajak Manda jalan, boleh?" tanya Dirgam sambil duduk di depan Rafa.
"Gak boleh!" Rafa menjawab judes.
"Ya udah gue ambil lagi," Dirgam hendak meraih plastik di samping Rafa.
"Eh!" Rafa memeluk plastik itu.
Dia menatap Dirgam galak. "Gue izinin, tapi jangan malem-malem. Jagain adek gue!"
Dirgam tersenyum. "Pasti gue jagain."
Rafa mendengus, dia membuka bungkus, dan memakan keripiknya senang membuat Dirgam menatap aneh padanya. Rafa memang pecinta cemilan pedas, kemanapun dia pergi, cemilan pedas tak pernah absen dari tasnya.
"Lo gak macarin adek gue, kan?!" Tanya Rafa sambil menatap galak pada Dirgam.
Dirgam menggeleng.
"Bagus!" Rafa kembali memakan keripiknya.
Dirgam hanya mendengus. Rafa memang sedikit judes padanya jika menyangkut perihal statusnya dengan Manda.
Dia berdiri saat Manda menghampirinya.
"Yuk, Gam," ajaknya sambil memakai jaket. Dirgam mengangguk.
Manda tertawa saat melihat Rafa yang sudah memakan cemilan dari Dirgam. Itu artinya abangnya memberinya izin untuk pergi dengan Dirgam.
"Manda keluar dulu ya sama Dirgam, bilangin mama kalo pulang nanti," ujarnya sambil mencium tangan Rafa.
Rafa mengangguk. "Jangan kemaleman pulangnya. Kalo Dirgam macem-macem, kasih aja jurus yang udah abang ajarin," ujarnya membuat Dirgam hanya bisa bersabar.
"Gue gak bakal macem-macem sama Manda, bang," Dirgam mencium tangan Rafa juga dan langsung menggandeng Manda keluar sebelum Rafa terus menceramahinya.
"Dah, Bang Rafa," Manda melambaikan tangannya pada Rafa yang juga membalas lambaiannya sambil tersenyum senang karena keripik yang Dirgam berikan padanya.