Amarah Dan Cinta

Yellowflies
Chapter #3

Pernikahan

Pernikahan itu berlangsung di sebuah aula salah satu hotel. Yasnina baru mengetahui bahwa wanita yang dijodohkan dengan Devan adalah anak dari salah satu ustad kondang yang terkenal. Hal yang lebih mengejutkan lagi adalah ternyata wanita itu adik kelasnya. Yasnina ingat benar dengan pemilik nama Saskia Naula Rahma itu. Bagai lelucon hingga membuat Yasinan tersenyum kecut melihat pelaminan megah itu. Janji suci sudah terucap, Yasnina hanya bisa menahan perih di hatinya.


“Lo tahu kalau bininya Devan adik kelas kita dulu?” tanya Yasnina pada Jeffano yang hari ini turut menghadiri pesta pernikahan Devan.


“Baru tahu gue. Mereka kan ta’aruf, jadi Devan enggak cerita-cerita tuh.”


“Sekarang gue punya alasan buat merusak rumah tangga mereka.”


“Istigfar, Yas.”


“Jeff, lo ingatkan tuh cewek dulu pernah fitnah gue di sekolah sampai Devan marah-marah ke gue? Sampai gue dipanggil kepala sekolah, dan pulangnya gue dimarahin ayah.”


“Lo dendam-an person banget,” Jeffano tak habis pikir sebenarnya, tapi mengingat masa lalu yang disebutkan Yasnina, pria itu kemudian menjadi paham. Kesalahan di masa lalu itu bahkan membuat Yasnina harus menanggung malu. “Tapi, Saskia dulu juga langsung minta maaf pas tahu bukan lo yang salah.”


Yasnina sedang tidak ingin dinasehati, tidak ingin mendengar pendapat orang lain. Rasa sakit hatinya bertambah-tambah ketika melihat Devan bersanding dengan Saskia. Hadirnya Yasnina hari ini pun mutlak karena permintaan keluarga Devan, bahkan Yasnina menggunakan pakaian yang serupa dengan keluarga inti Devan. Tak peduli betapa berantakan hatinya ketika mendengar Sah terucap menggema di penjuru ruangan, Yasnina tetap hadir untuk keluarga yang dicintainya.


“Gue lagi benci sama lo, Jeff. Enggak usah belain tuh cewek.” balas Yasnina kesal dan berlalu menuju pelaminan.


Jeffano menggerutu karenanya. “Dasar wanita, dia yang salah dia juga yang ngambek. Harusnya gue yang marah.”


Jeffano menyusul langkah Yasnina ke pelaminan. Siapapun tak akan menyangka bahwa Yasnina sedang mengalami patah hati yang hebat. Langkah kaki yang mantap, senyum mengembang penuh percaya diri yang ditunjukkan pada publik adalah topeng guna menutupi sedihnya. Devan bahkan yang melihat Yasnina mendekat sampai tak habis pikir, apalagi ketika melewati kedua orang tua Saskia dengan tidak sopan, lalu melewatinya begitu saja.


Langkah kaki Yasnina berhenti tepat di hadapan Saskia. “Selamat ya atas pernikahannya, semoga lo enggak pakai cara curang kayak yang dulu.”


Saskia tampak sekali memaksakan senyum. “Terima kasih Kak karena sudah mau datang.”


Yasnina lalu menatap Devan. “Aku enggak akan berdo’a buat kebaikan pernikahan kamu,” katanya lalu sedikit mendekat dan bicara dengan suara kecil. “Kalau bisa jangan pernah bahagia.”


Lihat selengkapnya