Amaryllis

Iyut Raihana
Chapter #1

1. Terpisah Dari Teman

Seorang lelaki tampak mengatur napasnya agar merasa tenang. Sekitar dua menit yang lalu, dia bangun dengan kondisi terkejut. Lelaki itu kemudian memandang ke sekeliling lalu perlahan memegang tengkuknya yang terasa sakit.

"Bandit sialan!" Sang lelaki mengumpat sambil sesekali meringis kesakitan.

Saat ini, dia tengah duduk di atas rumput. Di sekelilingnya hanya ada pohon dan semak belukar. Sinar matahari menerobos masuk melalui celah-celah ranting pohon. Dari cahayanya yang tampak jingga kemerahan, si lelaki bisa menebak bahwa sebentar lagi matahari akan tenggelam sepenuhnya. Dia perlahan berdiri lalu mengepalkan tangan dengan kuat.

"Kenapa aku bisa berada di tempat ini?"

"Di mana Arya dan Ayara?"

"Apakah para bandit itu yang menyeretku ke sini dan membawa kedua temanku untuk dijadikan sandera?" pikir si lelaki yang begitu bingung dengan keadaannya saat ini.

Karena tidak bisa memikirkan jawaban atas pertanyaannya, lelaki itu menghela napas panjang seolah menghilangkan semua beban yang ada pada dirinya. Sedetik kemudian, dia akhirnya memutuskan berjalan menelusuri hutan. Hari semakin gelap, namun hutan yang dia jelajahi belum terlihat ujungnya. Penasaran, si lelaki memanjat sebuah pohon besar yang ada di depannya.

Ketika kakinya telah menapak di salah satu dahan pohon, sang lelaki sangat terkejut karena dia melihat dengan jelas hamparan hutan belantara yang ada di depan sana. Dia pun mengalihkan pandangan ke belakang—arah di mana dia berjalan setelah bangun—dan mendapati bahwa dia berada di tengah-tengah hutan. Si lelaki menghela napas lagi sebelum menuruni pohon secara perlahan.

"Para bandit itu pasti sengaja membawaku kemari. Sepertinya, aku harus tidur di sini malam ini," ucapnya mengeluh.

Dia kemudian bergerak mencari ranting kayu untuk membuat api unggun. Setelah api menyala, dia duduk sambil membuka tas sampingnya dan meraih sebuah pisang dari sana.

"Untung saja mereka masih menyisakan dua buah pisang di dalam tas ini," ucapnya seraya melahap pisang di tangannya.

Selesai makan, si lelaki bersandar pada batang pohon. Dia menatap kobaran api di depannya dalam diam. Lelaki itu memikirkan banyak hal. Namun karena masih tidak mendapat petunjuk apa pun, matanya perlahan tertutup. Dia perlu istirahat yang cukup malam ini.

***

Denging nyamuk terdengar mengganggu telinga. Apalagi ditambah dengan bekas gigitannya yang menimbulkan rasa nyeri dan gatal. Si lelaki perlahan membuka mata karena sensasi gatal yang dia rasakan pada bagian kaki, tangan, leher, dan wajah.

"Nyamuk sialan!" umpatnya ketika menyadari banyak benjolan merah di tangannya.

Dia menatap ke arah api unggun yang telah padam dan menghela napas setelahnya. Karena api yang padam, nyamuk-nyamuk itu pun berani mendekat. Lelaki itu akhirnya berdiri dan perlahan mendongakkan kepala. Meskipun sinar matahari belum tampak, dia yakin jika saat ini hari sudah beranjak pagi. Tidak ingin membuang waktu, dia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.

Setelah melakukan perjalanan selama lebih dari satu hari, dia akhirnya bisa melihat jalan setapak dari kejauhan. Dia semakin bersemangat karena sebentar lagi akan keluar dari hutan. Namun saat langkahnya semakin mendekati jalan keluar, dia tiba-tiba berhenti. Tatapan lelaki itu berubah waspada ketika melihat sebuah pedang yang tergeletak tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dia menoleh ke sekelilingnya dan sama sekali tidak merasakan keberadaan orang lain.

Lihat selengkapnya