Ada sebuah kota yang menyimpan kenangan terlampau banyak bagi seorang gadis bernama Ambar. Sedari kecil ia sering berkunjung ke kota itu. Sebagian keluarga besarnya tinggal di sana; bibinya, pamannya, kakeknya, meski berbeda-beda rumah, tapi mereka berada di satu kota yang sama. Cuaca di kota itu terasa panas. Apalagi saat jam dua belas siang. Jangan coba-coba pergi ke jalan raya untuk mencari makan, karena pasti akan sangat panas dan ramai berkat jam istirahat. Jika kamu pergi dari sebuah kampus dekat terminal menuju alun-alun kota, ada banyak jalan yang bisa dilalui. Tapi angkutan umum kota pasti akan membawamu menuju jalan lurus melewati sebuah tugu yang biasa jadi tempat naik-turun penumpang bus, sebuah perlintasan kereta api dan tiga kali lampu merah yang masing-masing berdurasi 120 detik. Sepanjang jalan lurus yang melalui tiga kali lampu merah itu juga tidak rata dihiasi dengan pohon besar. Jangan harap juga suara kendaraan akan diam sesaat di sana – karena itu mustahil saat siang. Makanya, saat Ambar akan melanjutkan sekolahnya di kota ini, ia sudah hafal dan tidak tertarik untuk menjadi mahasiswi baru yang hobi jalan-jalan menjelajah kota, karena, ia sudah tahu.
Meski keluarganya banyak yang tinggal di kota itu – begitu juga dengan sepupu-sepupunya yang semuanya berumur lebih muda darinya – ia memilih untuk tidak tinggal dengan mereka. Keberadaan kampusnya yang juga cukup jauh dari rumah keluarganya itu, memantapkan hatinya untuk memilih tinggal di rumah kos saja. Ia pilih yang paling dekat dan paling murah, agar bisa berhemat karena biaya kuliahnya sudah mahal.
Tahun ini adalah tahun pertamanya berstatus sebagai mahasiswi. Tahun ini juga jadi tahun pertamanya menetap di kota itu – setelah sebelumnya hanya singgah untuk mengunjungi keluarganya di acara-acara tertentu. Ia sudah siap. Menjadi mahasiswi baru berarti juga mencoba banyak hal baru. Ia ingin selagi berada di antara manusia asing – karena tidak ada satu pun temannya yang berkuliah di sini, dan dia memang tidak banyak memiliki teman – ia akan semacam melahirkan dirinya yang baru di kota ini. Ia ingin semua hal buruk yang sempat menjadi kenangannya di masa lalu, dapat ia lupakan di kota ini dan hanya membawa kenangannya bersama Ibu. Kemudian, ia akan menuliskan semua jejaknya di kota ini. Ya, ia sangat suka menulis tentang dirinya sendiri. Semacam membuat jurnal atau buku harian, karena ia adalah pelupa yang suka dengan kenangan. Di akhir tahun nanti, saat gadis-gadis lain menghabiskan waktunya untuk menyambut tahun baru, ia lebih memilih untuk membuka kembali tulisan-tulisannya dan bernostalgia.