Ambar Merah

Dhea FB
Chapter #3

UKM Seni

Suatu hari itu, Ambar memutuskan untuk mendaftarkan dirinya sebagai salah satu anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di kampus. Setiap UKM di kampusnya memiliki ruang sekretariat yang bebas disinggahi anggotanya kapanpun. Sejalan dengan itu, Ambar benar-benar butuh ruang untuk opsi perpustakaan yang tutup. Juga seperti harapannya, ia butuh mencoba hal yang baru selagi berada di perantauan.

Sebenarnya, sudah lewat satu bulan sejak masa penerimaan anggota baru dibuka. Tapi beruntungnya Ambar, ada dua UKM yang membuka pendaftaran gelombang kedua, bahkan salah satunya selalu menerima anggota baru tanpa batas waktu tertentu. Di antara UKM Jurnalistik dan Seni, pilihannya jatuh kepada UKM Seni. Mengapa?

Ambar menjadikan kecintaannya pada menulis sebagai pelarian dari dunia yang banyak membuatnya bingung. Baginya, menulis adalah hobi yang ia nikmati untuk menghilangkan bosan atau mengekspresikan perasaannya. Bila lalu ia menjadikan menulis sebagai rutinitasnya, maka ke mana lagi ia harus lari saat dunia sudah membuatnya bingung atau saat perasaannya butuh diungkapkan? Karena bila ia benar-benar memutuskan untuk menjadi anggota UKM Jurnalistik, maka berarti ia harus siap menulis kapan pun, dalam suasana hati apapun. Tanpa peduli ia suka atau tidak pada topik yang akan ditulisnya, tanpa peduli ia senang atau tidak menuliskan hal tersebut.

Selain itu, niat awal yang digunakannya sebagai alasan untuk bergabung di UKM juga semakin mantap membuatnya memilih UKM Seni. Ia ingin mencoba sesuatu yang baru, yang belum pernah ia coba sebelumnya; melukis. Ambar sangat payah dalam melukis. Sementara UKM adalah tempat belajar, bukan?

Lalu sore itu, saat hujan pertama di bulan September mengguyur kota yang biasanya panas, Ambar sudah menyelesaikan formulir pendaftarannya. Ia memperhatikan hujan dari lobi gedung kuliahnya. Dari sana terlihat semrawut orang di lapangan dan sekitarnya yang bergegas pergi mencari tempat berteduh. Bangku sekitar lapangan itu hanya mampu menghalau panas matahari. Perihal hujan yang datang, ia tidak bisa bertanggung jawab.

Ambar tidak terlalu suka hujan turun di kota, apalagi jalanan becek setelahnya. Ia sangat berhati-hati memilih jalan menuju ruang sekretariat UKM Seni setelah hujan reda 15 menit kemudian. Celana putih panjangnya tidak boleh kotor, karena perasaannya akan sangat terganggu bila hal itu sampai terjadi. Memasuki musim hujan seperti ini, ia menyadari bahwa itu adalah hari terakhirnya memakai celana putih tahun ini. Biar besok disimpan untuk digunakannya lagi di musim panas nanti.

Lihat selengkapnya