Ambar memiliki jadwal baru; sebuah jadwal piket di ruang sekretariat UKM Seni. Tugasnya hanya hadir di ruangan tersebut, menerima surat masuk – bila ada yang mengirim surat – dan merapikan peralatan di dalamnya yang mungkin berantakan bekas anggota tak bertanggung jawab. Dalam satu hari piket berisi 3-4 orang anggota baru di setiap 3 shift berbeda, dan seorang senior yang bertugas mengawasi juga mempererat hubungan antar kakak-adik tingkat di organisasi itu. Hari Rabu adalah jadwal piketnya. Ia sudah cukup tahu beberapa hal tentang UKM Seni; nama ruangan yang lebih akrab disebut Galeri, ketua UKM yang seorang pelukis, kegiatan amal rutin di akhir tahun berupa pameran seni – yang akan melelang hasil lukisan dan kerajinan tangan anggotanya untuk kemudian rupiahnya itu disumbangkan ke Rumah Pelangi, salah satu rumah pengembangan diri di bidang seni untuk anak-anak di kota itu. Satu hal yang tidak diketahui Ambar adalah, pria batu merah delima yang ditemuinya beberapa hari lalu juga merupakan salah satu anggota baru di UKM Seni.
“Hai Permata Madu!” sapa seorang pria saat Ambar masih di ambang pintu Galeri. Untuk kedua kalinya, Ambar terdiam. Ia belum terbiasa dengan suara itu – satu-satunya suara yang membuatnya terkejut saat diajak bicara.
“Sini masuk! Kak Rian sedang keluar.”
“Kau di sini?”
“Yap! Selain kiper, aku juga seorang pelukis.” Jawab pria itu santai.
Ambar memasuki Galeri setelah yakin rasa kagetnya hilang. Tidak...tidak. Tidak perlu dipikirkan. Siapa saja bisa jadi anggota UKM ini. Kebetulan ini setidaknya menguntungkanku karena ada satu anggota yang sudah kukenal sebelum bergabung dengan UKM ini. Beruntung dia ramah.
“Kau ada jadwal piket hari ini?”
“Tidak. Aku cukup bosan menunggu kelas selanjutnya. Apalagi sudah tidak ada pertandingan futsal. Oh ya, apa kau menontonku bertanding? Aku berhasil menangkis tiga kali tendangan bola! Oh, kau harusnya bisa lihat karena pemain yang menjadi lawanku ternyata berbeda dengan yang kita tonton waktu itu. Tapi aku tidak merasa percuma memperhatikan mereka. Setidaknya ada hal baik lain yang kudapat dari menonton pertandingan hari itu.”