Ambar Merah

Dhea FB
Chapter #7

Pentas Seni

Desember adalah bulan yang melelahkan. Bukan karena hujan yang membuat jalanan di kampus jadi becek, tapi karena ujian dari UKM Seni yang akan meloloskan pengurus baru untuk periode kepengurusan tahun depan. Ambar, Rubi, dan teman-teman seangkatannya diuji dalam penampilan Pentas Seni yang rutin diadakan setiap tahun oleh UKM. Selain harus menghasilkan karya, mereka juga harus menjadi panitia dalam acara yang terbuka untuk umum itu.

           Kali pertama berada di kepanitiaan yang sama, Ambar dan Rubi juga berada dalam satu divisi kepanitiaan yang sama. Tapi kali ini, Ambar tidak mengharapkannya. Ia yakin sekali tak pernah sedetik pun terlintas dalam pikirannya untuk berada di satu divisi kepanitiaan yang sama dengan Rubi, karena rasanya ia sudah cukup puas bertemu setiap hari dengannya di Galeri dan mendengar keributan pria yang masih penasaran dengan filosofi pohon pinus itu.

           “Kamu kan bisa cari di internet, hp-mu sudah canggih, kan?”

           “Ingat, ya, kamu yang bikin rasa penasaran ini ada. Tanggung jawab!”

           “Kalau begitu biar kamu penasaran saja terus, sampai lelah. Aku sih tak apa.”

           “Ambaaarrrr...”

           Perempuan itu hanya pergi meninggalkannya.

           Selama satu bulan, Rubi belum juga lelah mengejar Ambar untuk dapat jawabannya. Kak Rian yang pernah mendengar pertanyaan Rubi bahkan sempat ingin memberitahunya, tapi Rubi buru-buru mencegah dengan alasan yang sama seperti yang dia berikan pada Ambar.

           Begitu juga dengan Kirana, teman satu jadwal piket dengan Ambar yang mulai memperhatikan kedekatan antara dua manusia pemilik nama batu itu dengan panggilan ‘aku’ ‘kamu’ yang lebih akrab. Kirana juga sempat punya niat yang sama seperti Kak Rian, tapi tidak ia utarakan pada Rubi.

           “Kalau kamu nggak mau kasih tahu dia, biar aku saja. Rasanya kasihan sekali melihat muka penasaran itu.”

           “Jangan. Biarkan saja dia seperti itu.” Ambar mencegah Kirana dengan senyum kecil di akhir.

           “Baiklah, biar jadi urusan kalian berdua saja.”

           Sampai suatu hari, Kak Dira, sekretaris UKM Seni, mengumumkan pembagian divisi untuk kepanitiaan acara Pentas Seni.

Lihat selengkapnya