Ambar Merah

Dhea FB
Chapter #13

Menolak Suka

Sudah hampir dua jam Rubi menunggu Ambar di bangku depan pintu masuk gedung kuliahnya. Ia sedang menunggu Permata Madunya itu untuk meminta pertanggung jawabannya karena kemarin tidak datang. Meski sebenarnya, sekarang ia cukup khawatir. Apa ia sengaja menjauh karena tidak suka aku? Apa aku terlalu berisik akhir-akhir ini? Tapi rasanya aku masih sama dengan kemarin. Bahkan kami belum bertemu lagi setelah liburan. Apa? Salah apa?

           Rubi memutar-mutar sebuah flashdisk dengan jari-jarinya. Begitu kemudian ia dapati Ambar keluar gedung, kakinya tanpa ragu lagi menghampiri.

           “Nih.” Rubi memberikan flashdisk yang sedari tadi dipegangnya kepada Ambar.

           “Apa?” Ambar menerimanya bingung.

           “Kenapa kamu tidak datang kemarin?”

           Perempuan itu terdiam sejenak, menundukkan kepala seolah sedang memperhatikan flashdisk itu.

           “Ini apa?”

           “Kamu marah? Kenapa?”

           Ambar masih diam. Lalu ia menarik bibirnya untuk membuat senyuman.

           “Tidak. Siapa yang marah? Apa kamu lapar? Ayo, kita makan.”

           Perempuan itu kemudian berlalu dengan senyum yang malah semakin membuat tanda tanya besar di kepala Rubi. Begitu saja? Semoga dia jujur. Permata Maduku itu tidak pernah berbohong, bukan?

           Di tengah-tengah suara sendok beradu piring, Rubi bercerita. Seperti biasa, apa saja menjadi ceritanya. Apalagi sudah lama sekali mereka tidak bertemu. Tapi dari semua ceritanya itu, tidak ada satu pun kata-kata gitar di dalamnya. Ia tidak bercerita tentang liburannya yang dihabiskan dengan belajar bermain gitar. Ia tidak bercerita tentang pesan yang ia titipkan pada Kirana untuk disampaikan pada Ambar bahwa dia menunggunya di Galeri untuk mementaskan permainan gitarnya yang meskipun masih berantakan, tapi dia mau Ambar yang pertama kali melihatnya bermain. Ia takut pembahasan gitar akan membuat Ambar tidak nyaman, karena terakhir kali ia menyampaikan pesan tentang “gitar” melalui Kirana, Ambar sama sekali tidak menggubrisnya.

           “Kamu sendiri, bagaimana?”

           “Apanya?”

Lihat selengkapnya