Rubi sibuk sekali melatih petikan gitarnya. Ia ingin Ambar mendengar nyanyian Fall for You milik Secondhand Serenade dari petikan gitar dan suara pas-pas-annya. Pria itu bahkan berlatih di Galeri, tidak peduli lagi meski bukan Ambar yang pertama mendengar permainan gitarnya karena ia butuh sesekali didengar Kak Rian untuk dapat masukan.
Melihat betapa gigihnya pria itu, Kak Rian jadi teringat sesuatu; sebuah flashdisk yang diberikan Ambar beserta surat pengunduran dirinya. Kak Rian pernah sekali membuka isi flashdisk itu karena dikira benar berisi data-data seputar UKM Seni. Tapi betapa ia malah senyum-senyum sendiri melihat bahwa isinya jauh dari apa yang ia kira.
Menurut Kak Rian, Ambar pasti juga belum melihat ke dalam isi flashdisk itu. Maka suatu hari sebelum masa ujian akhir semester berakhir, Kak Rian dengan sengaja menghubungi Ambar untuk meminta temu. Ambar jelas tidak menolak, meski Kak Rian juga tidak memberitahukan maksud dan tujuannya. Perempuan itu menganggap ajakan Kak Rian sebagai bentuk saling menjaga hubungan baik yang walau bagaimana pun, Ambar pernah menjadi bagian dari UKM Seni.
Mereka bertemu di dekat lapangan setelah Ambar selesai dengan ujiannya. Kak Rian yang berjarak umur dua tahun di atasnya masih tetap memberi senyum hangat pada perempuan berwajah datar itu.
“Apa kabar, Ambar?”
“Baik, kak. Kakak sendiri bagaimana?”
“Aku baik. Sangat baik.”
“Syukurlah.” Ambar tersenyum, mencoba ramah kepada kakak tingkatnya itu.
“Kamu mungkin terkejut aku tiba-tiba meminta temu?”
“Oh, ya. Sedikit. Kukira ada alasan tersendiri sampai Kak Rian mengajakku bertemu?”
“Haha. Sebenarnya sudah dari lama sekali aku ingin menghubungimu, tapi aku lupa. Maaf, ya.”
“Ah, tidak perlu meminta maaf kak. Bahkan aku belum tahu apa yang akan kakak sampaikan.” Ambar merasa tidak enak. Ada apa sebenarnya?
“Ini.” Pria itu pun mengeluarkan sebuah kotak dari saku bajunya. “Terimalah dan jangan diberikan ke siapapun lagi sebelum kamu benar-benar melihat isinya, ya?”
“Apa ini?”