AMBIVALEN

SATUNI
Chapter #5

Rumah

Azella tiba di rumah dengan langkah cepat, berusaha menekan perasaan yang selalu mengganggu di dalam dadanya. Setiap kali ia berpikir tentang Aksa, perasaan itu kembali muncul rasa bingung dan cemas. Tetapi Azella tidak mau berlarut-larut untuk terus memikirkannya, lalu ia pun mengambil handuk dan beranjak ke kamar mandi.

---

Setelah Azella selesai dengan aktivitas mandi dan bersih-bersih nya ia pun duduk di tepi ranjangnya, menatap keluar jendela yang terbuka sedikit, membiarkan angin malam menyusup masuk. Lampu kamar yang redup memantulkan bayangan dirinya di cermin. Angin malam yang berhembus pelan melalui celah jendela membawa kesan dingin yang menyentuh kulitnya, namun hatinya justru terasa hangat. Sebuah perasaan yang sulit untuk dijelaskan, sesuatu yang membingungkan di dalam dadanya.

Azella bangkit dari tepi ranjangnya, ia melangkah pelan menuju kursi rias, duduk, dan menatap bayangannya di cermin, lalu hatinya berbisik keras.

"Kenapa harus Aksa? gue gamau sampe terbawa perasaan sedangkan dia mantan pacar sahabat gue sendiri, pliss Zel lo jangan sampe jatu cinta juga sama dia, lo nggak bisa terus mikirin dia kaya gini."

Azella menatap bayangan wajahnya di cermin yang penuh keraguan, seolah-olah cermin itu bisa melihat apa yang ada dalam hatinya.

“Gue nggak mau jatuh cinta sama dia,” ujarnya dengan suara lirih. Kenapa perasaan ini muncul, padahal ia tau betul betapa rumitnya jika ia membiarkan rasanya berkembang?.

---

Tiba-tiba, ponsel Azella bergetar di atas meja. Dengan sedikit terkejut, dia melihat nama yang muncul di layar: Aksa, ia sudah menyimpan nomor telepon Aksa. Jantungnya seakan berhenti sejenak. Tangan Azella ragu untuk menyentuh layar ponselnya, namun akhirnya dia mengambilnya dengan perlahan.

Kemudian ia membuka pesan nya dan berisikan. Aksa: selamat malam zel, dan selamat beristirahat, semoga nyenyak tidurnya dan mimpi indah ya.

Azella menatap pesannya beberapa detik dan bingung haruskah ia membalasnya atau hanya dibiarkan begitu saja. Tangan Azella menggenggam ponselnya lebih erat, rasa bimbang makin menyelimuti pikirannya. Kalo gue bales, apa itu berarti gue ngasih harapan? Tapi kalo gue nggak bales, apa gue terlalu keras sama Aksa?.

Lihat selengkapnya