AMBIVALEN

SATUNI
Chapter #10

Dari Dapur Aksa

Hari berlalu begitu lambat, hingga akhirnya Azella harus berangkat ke sekolah. Sambil mengenakan seragamnya, ia mencoba untuk tetap tenang, walaupun perasaan gugup masih menggelayut. Di sekolah, suasana pagi selalu sama teman-teman yang sibuk mempersiapkan diri untuk pelajaran pertama. Ada yang sibuk mengerjakan tugas, bermain ponsel, bermain game, mengobrol, dan ada juga yang sudah tidur lagi di kelas. Begitulah rata rata aktivitas saat di kelas tingkat Sekolah Menengah Atas.

Namun, meskipun suasana sekitar terlihat sibuk dengan kesibukan nya masing masing, Azella merasakan ada jarak yang semakin lebar antara dirinya dan orang-orang di sekitarnya. Bahkan dengan sahabatnya sendiri, yang biasanya selalu ada candaan setiap hari nya. Sejak dari rumah, di jalan, hingga akhirnya sampai di sekolah pun, mereka hanya saling bertukar senyum datar tanpa ada pembicaraan diantara nya.

Kemudian Azella dan Nayara pun berjalan bersama untuk menuju kelasnya dan tentunya lalu melewati kelas Aksa. Namun, seperti biasa setiap pagi pasti Aksa sudah stay di depan kelasnya yang sedang mengobrol dengan teman-temannya itu, dan sesaat Azella merasa matanya terarah pada sosok itu tanpa sadar. Aksa yang sedari tadi menunggu berkedok ngobrol dengan temannya pun sudah siap melemparkan senyuman tipis yang tampak begitu manis, namun tetap dibarengi dengan tatapan tajamnya pada Azella. Seperti ada pesan tersembunyi dalam mata itu, namun Azella, yang tak siap untuk menghadapi perasaan yang tiba-tiba muncul, buru-buru memalingkan wajahnya.

"Aduh Zel, lo ngapain sih ngeliatin dia, harusnya lo pura-pura nggak tau aja." Gumam Azella dalam hatinya.

Nayara, yang melihat arah pandang Azella, menyadari perasaan temannya. "Aksa, kan?" tanyanya pelan, sambil terus melangkah. Namun, tak ada jawaban dari Azella, "Gue harap lo bisa secepatnya kasih tau gue, Zel." Ucap Nayara. Azella hanya mengangguk pelan.

Saat ia sampai dan masuk ke kalasnya dengan langkah yang tergesa-gesa untuk menuju ke bangkunya, berusaha melupakan perasaan yang masih mengganggu setelah pertemuan singkat dengan Aksa tadi. Begitu dia sampai, matanya langsung tertuju pada sesuatu yang tidak biasa di atas mejanya terdapat kotak bekal yang yang terbungkus dalam plastik transparan.

Lihat selengkapnya