Ambu Sang Atma

Syahrani Alyssia Tunggadewi
Chapter #1

Prolog

Jarakku dengan langit semakin tipis.

Sekali lagi aku merunduk, berharap seseorang dapat membantuku turun dari pohon tinggi sialan ini. Tetapi permukaan tanah masih sama seperti menit-menit lalu, lengang. 

Kondisiku saat ini benar-benar mengenaskan. Kaki polosku berdarah akibat terbelit tumbuhan rambat, sekujur lengan tanganku luka tanpa aku tahu apa penyebabnya, wajahku berdenyut pengaruh memar di titik-titik tertentu. Oh Tuhan, inikah saat-saat terakhir di hidupku? Tergeletak miris di atas pohon sepuluh meter, tanpa ada yang menolong, tanpa ada yang mencari. 

Mataku tahu-tahu basah mengingat hidupku belakangan ini, hanya seorang lelaki biasa yang terpaksa berhenti kuliah—berhenti mengejar impian—demi menghemat pengeluaran keluarga. Seandainya Tuhan masih memberiku kesempatan, aku janji akan mencari lowongan kerja guna menyambung kuliahku. Lalu mendapat gelar, berhenti dari tempat kerja tersebut, pergi ke pekerjaan yang lebih baik lagi. Kemudian kuberi setengah dari hasil jerih payahku pada Ibu, Ibu akan terbantu dan semua berjalan normal. Aku janji.

Beberapa menit berlalu, pikiranku masih asyik menjelajahi masa. 

Ribuan pohon besar nan tinggi mengedar di sekelilingku. Jarak mereka tidak berdekatan, namun tidak berjauhan pula. Tumbuhan merambat menghiasi dahan-dahan kokoh mereka. Daunnya menari mengikuti embusan angin—seakan mengejekku yang jelas kalah. Aku tidak tahu aku di mana tepatnya aku berada, yang jelas hutan ini jauh dari hiruk kota yang aku tinggali. 

Kepasrahan semakin membludak sewaktu menyadari aku lupa membawa ponsel. Aku menghela napas, menyenderkan kepalaku di batang pohon. Seumpama ini memang akhir dari segalanya, kurasa jauh lebih baik aku berada di posisi nyaman. Jadi, begitu malaikat maut menghampiri, aku akan membalasnya dengan anggukan mantap.  

Lihat selengkapnya