Ame

Haifa Artanti
Chapter #4

Seri Luna

Luna memasuki pintu ketiga yang lain. Ia mencoba berhati hati agar tidak berada di ruangan yang salah. Surat yang ia temukan membuat dirinya ingin segera pergi dari rumah ini. Perasaannya semakin takut dan cemas. Berharap tidak ada yang terjadi dengannya atau bahkan teman temannya. Luna memerhatikan lukisan dinding di lorong tangga yang sedang ia lewati. Lukisannya aneh, seaneh rumah ini. Luna terus mengucapkan doa agar segera dipertemukan dengan Ame.

Setelah beberapa langkah dan sampai diujung tangga, Luna menemukan ruangan serba putih. Di ujung ruangan itu terdapat pintu kamar yang terbuka dan disana terlihat Ame dan juga Aldi bersama seorang anak. Luna segera menghampiri mereka.

“Hai Luna,” kata Ame mempersilahkan Luna masuk ke kamar Rosalie. Luna hanya tersenyum pada mereka. Ia juga tersenyum pada Rosalie namun tidak ada tanggapan. Luna memperhatikan Rosalie yang sangat ramah dengan Aldi. Ame memang ikut bermain monopoli dengan mereka berdua, tapi Rosalie dan Aldi seakan akan sudah kenal sedari lama.

Luna bergabung dan duduk disebelah Ame. Ia berbisik.

“Mereka berdua akrab banget,” ucap Luna. Ame mengangguk dengan berkata “Aku juga tidak tahu,” tapi tanpa suara. Ia hanya memberi isyarat di bibirnya. Ame dan Luna hanya memperhatikan kedekatan Rosalie bersama Aldi serta sesekali berbisik dan ikut mengobrol.

***

Luna dan Aldi berpamitan untuk pulang. Saat ini mereka sedang berada di depan rumah. Rosalie tertidur dikamarnya setelah bermain. Ia sempat mengucapkan perpisahan dengan keadaan mengantuk.

Ame mencari bapak penjaga namun tidak ada.

“Kalian pulang naik apa nih? Bapak penjaganya nggak ada.”

“Ih nggak usah manggil bapak penjaga. Ngerepotin tau. Aku sama Aldi pesen mobil online aja,” balas Luna sambil menepuk nepuk Aldi yang fokus pada smartphonenya.

“Alamat rumah ini kok nggak muncul sih. Sinyal kok juga susah banget ya,” imbuh Aldi mengeluh.

“Serius?!” kaget Luna. Matanya terbelalak khawatir tidak bisa pulang. Ia tidak sanggup membayangkan dirinya sampai sore dirumah aneh itu. Belum lagi isi surat tadi menyuruhnya untuk segera pergi. Mengusirnya dengan perlahan.

Ame justru baru menyadari bahwa disini tidak ada sinyal. Uniknya selama ditempat ini ia merasa nyaman. Ia merasa putus dengan dunia luar dan tidak pernah mengecek smartphonenya. Pulang pergi pun dia diantar. Jadi tidak ada alasan khusus untuk apa dirinya membuka smartphone. Bahkan jika berada didalam rumah ini, Ame tidak dapat merasakan pagi, siang, dan sore jika tidak melihat jam.

Setelah beberapa menit berdiskusi, bapak penjaga akhirnya datang. Ia datang dengan mengendarai mobil.

“Eh itu bapak penjaga,” ucap Ame. Ia menghampirinya dan berbicara sebentar. Kemudian ia memanggil kedua temannya. Luna dan Aldi mendekat.

Lihat selengkapnya