Ame

Haifa Artanti
Chapter #8

Bukan Akhir

Hari ini Ame menemui dosennya. Masalah foto, semua sudah terkendali. Ia telah mendapatkannya setelah rasa penasarannya telah sampai di ubun ubun. Ame sering merasa seperti itu. Dirinya memiliki rasa penasaran yang luar biasa terhadap sesuatu, bahkan sering mengambil tanggung jawab lebih. Namun disatu sisi, terkadang Ame memiliki pikiran positif yang luar biasa. Rasa penasarannya biasanya akan terjawab dengan pikiran positif yang ia buat sendiri.

Ame membuat janji temu dengan dosennya karena ia tahu bahwa dosennya memiliki jadwal yang sangat padat. Ame kembali ke kampus dengan membawa foto Sabrina di smartphonenya. Foto ini telah di ambilnya dengan perjuangan yang tidak mudah. Untuk itu, ia harus segera bertemu dengan dosennya, bagaimanapun caranya agar perjuangannya tidak sia-sia.

Ame langsung ke ruang dosennya. Tanpa banyak basa basi, Ame menunjukkan foto itu pada dosennya. Dosen itu tidak langsung menjawab, namun matanya tidak bisa lepas dari foto Sabrina. Dosen Ame terus menatap foto itu lekat lekat dan berpikir seperti memastikan sesuatu. Hal itu membuat Ame sangat tidak sabar menunggu jawaban dosennya, namun ia tetap mencoba bersabar.

Setelah menatap cukup lama, dosen itu menghembuskan nafas panjang.

“Saya mengenal gadis ini,” ucap dosen Ame dengan menatap serius dirinya. Matanya sedikit bergetar, karena harus mengingat kejadian terdahulu.

Ame terdiam untuk mendengarkan. Tiba tiba ia luar biasa kaget dengan pikirannya sendiri. Jika Bu Nad mengenal Sabrina, apakah Sabrina harusnya berumur lebih tua? Tapi bagaimana penampilannya bisa sangat terlihat muda?

***

Beberapa jam sebelumnya.

Rosalie sedang tidur siang dengan sangat nyenyak. Untuk sesaat, Ame memerhatikan wajah Rosalie. Rosalie memiliki wajah yang cantik dan begitu dewasa, tidak seperti kebanyakan anak seusianya. Beberapa manusia memang memiliki wajah yang terlihat lebih tua dari umur aslinya. Seperti Rosalie. Rambutnya berwarna abu abu bergelombang.

Saat pertama kali melihat Rosalie, Ame terkejut karena warna rambutnya. Warna abu abunya begitu cantik karena terdapat campuran ungu pastel dan biru pastel. Belum lagi bentuknya yang bergelombang. Kedua, Ame sangat terkejut melihat Rosalie karena warna matanya. Warna mata Rosalie berbeda antara kanan dan kiri. Mata kanannya berwarna abu abu dan mata kirinya berwarna biru. Fenomena ini biasanya disebut dengan heterochromania.

Setelah memastikan Rosalie tidur, Ame keluar dari kamar Rosalie. Ia memeriksa sekeliling untuk memastikan tidak ada orang yang melihatnya. Atau setidaknya tidak ada orang yang ingin keluar dan bertemu dengannya. Setelah memastikan keadaan, Ame segera pergi ke ruang tamu. Ia juga memastikan bahwa rak barang antik tertutup rapat. Berjaga jaga saja jika misalnya asisten rumah tangga Sabrina masuk, maka setidaknya ada suara dan itu bisa di gunakan Ame untuk bersembunyi atau bertindak hal lain. Syukurlah, Ame dapat memasuki ruangan kaca itu dengan aman. Ia beberapa kali mengabadikan foto Sabrina yang berada di pigura. Akhirnya!

Saat Ame keluar, dia benar benar terkejut karena ada Rosalie tepat di depan pintu. Rosalie membawa sebuah buku dengan sampul ungu. Ia menatap Ame curiga. Tentu saja! Siapa yang tidak curiga dengan kelakuan Ame yang tiba tiba keluar dari ruangan cermin.

“Apa yang kamu lakukan disana?” tanya Rosalie tidak sopan. Rosalie tidak terbiasa memanggil kak, mbak atau apapun dengan sebutan untuk orang yang lebih tua dan Ame benar benar tidak suka dengan Rosalie yang memiliki 0 tata krama. 

Ame yang sesaat sangat sebal, sekarang jadi bingung. Tapi ia sudah menyiapkan jawaban sebaik mungkin dengan memikirkan kemungkinan terburuk. Ame berusaha tersenyum senatural mungkin dan mencoba untuk tenang. Berperilaku tidak gugup.

“Ah tadi aku sedang mengaca. Waktu awal awal mencarimu yang biasanya suka hilang, aku menemukan ruang kaca ini. Di ruangan ini kan ada banyak kaca, jadi aku kesini,” jawab Ame mencoba terlihat biasa saja dan senatural mungkin. Mendengar jawaban Ame, Rosalie hanya manggut manggut. Tapi ekspresinya sangat datar hingga memiliki tidak peduli.

“Suka baca kan?” tanyanya kemudian pergi. Ame hanya melihat kepergian Rosalie dengan bingung. Ia tidak mengerti dengan sikap Rosalie. Ame yang telah menerima buku itu hanya dapat menatapnya. Buku itu bersampul kulit beludru ungu tua yang halus. Benar benar halus dan lembut. Seperti kain dengan kualitas tinggi. Kemudian tulisannya timbul dan berwarna emas. Dibalik buku itu, di bagian bawah, terdapat tulisan Adonis Fyodr yang sepertinya nama dari penulis buku tersebut.

***

Dosen Ame, Bu Nadya menatap keluar jendela yang berada di ruangannya. Ia menghela nafas berat dan panjang. Ternyata kebiasaan Ame itu juga di gunakan oleh banyak orang, seperti dosennya. Ame hanya menatap dosennya dengan rasa penasaran yang luar biasa. Ia terus berharap, dirinya akan mendapat kejelasan tentang Sabrina. Apapun itu, ia siap menerimanya. Jika terlalu mekhawatirkan atau berbahaya, maka ia akan keluar dan berhenti dari rumah Sabrina. Jika tidak, maka ia akan tetap bertahan. Ia tidak mungkin meninggalkan Rosalie yang sepertinya butuh bantuan. Apalagi Rosalie sudah mulai terbuka pada dirinya. Jika Ame pergi, maka semuanya akan sia sia.

  “Aku sangat mengenal perempuan itu nak. Wajahnya, ya ampun-tidak berubah sama sekali. Perempuan yang cantik dan cerdas,” akhirnya dosen itu berbicara. Ame masih menyimak dengan seksama. Sangat fokus.

Lihat selengkapnya