Hari ini Ame libur. Walaupun lebih tepat jika di katakan dengan, Ame meminta ijin untuk tidak ke rumah Sabrina dulu. Tentu saja Sabrina mengiyakan. Ia bahkan tidak bertanya kenapa. Jika disaat seperti ini, Ame merasa bahwa Sabrina bukan orang yang berbahaya, mencurigakan atau aneh. Ia hanya gadis seperti kebanyakan lainnya. Hidup mewah, memiliki karir, awet muda dan memiliki rumah bagus. Terkadang Sabrina memang sedikit berbeda, tapi menurut Ame itu wajar. Bukankah keunikan dan perbedaan itu justru yang membuat manusia, menjadi seorang manusia?
Ame mencoba mengendalikan pikirannya tentang curiga terhadap Sabrina, rumah itu dan seisinya, namun benar benar sulit. Saat ia termenung akan hal itu di depan rumah, tiba tiba seorang pasangan tua memanggilnya. Mereka adalah tetangga seberang rumah Ame. Tetangga itu adalah yang sudah tua namun tidak memiliki anak. Mereka memilih untuk tetap bersama walaupun mereka tidak memilikinya.
Ame menghampiri mereka dan menyapa balik.
“Bagaimana kabarmu sayang?” tanya perempuan tua itu.
“Yaa masih bisa untuk di syukuri. Bagaimana kabar nenek sekarang?”
“Cukup sehat untuk umur tua seperti ini,”
Walaupun tetangga berseberangan, mereka sangat jarang bertemu dan mengobrol. Ame dan kakaknya sibuk bekerja dan kedua pasangan itu sibuk travelling atau tour keluar negeri. Namun jika tidak sedang pada kegiatan masing masing, kedua tetangga ini memilih untuk bertemu dan bertukar kabar. Mengobrol sebanyak mungkin sebelum mereka kembali sibuk pada kegiatan masing masing. Untuk mereka, bertukar kabar seperti simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan. Kedua pasangan yang sering di panggil nenek dan kakek oleh Ame, menjadi tidak begitu kesepian karena keadirannya. Ame juga terkadang merasakan kehangatan orangtua jika bersama pasangan itu.
“Jadi, nenek habis dari mana?” tanya Ame
“Ke tempat luar biasa lainnya, Venisia!” jawabnya sedikit berseru. Mungkin ia sebahagia itu sehabis dari sana.