Ame

Haifa Artanti
Chapter #13

Kue

Sudah dari kemarin Ame tidak bisa menghubungi Sabrina. Padahal ini adalah hal yang harus segera dibicarakan. Bukan soal masa lalu Sabrina, tapi tentang pengunduran diri Ame. Ame merasa bahwa ini saatnya ia harus berhenti. Akhir akhir ini ia menyadari bahwa masa lalu Sabrina dan rumah itu ibarat kotak yang tidak boleh dibuka. Karena jika kotaknya terbuka, maka akan ada kotak kotak lain harus dibuka. Jadi satu misteri ini hanya mengantarkan Ame ke misteri yang lain. Seperti tidak berujung.

Hari ini Ame ingin berangkat lebih pagi untuk ke rumah Sabrina. Siapa tahu, Sabrina dapat ditemukan sebelum berangkat kerja. Ame juga berencana untuk bertanya pada Rosalie soal pengunduran dirinya. Untuk sekarang, Ame hanya ingin berhenti. Masa lalu Sabrina serta isi rumah itu terlalu menyita tenaga, waktu dan pikirannya. Entah kenapa dirinya tiba tiba seperti ini. Padahal kemarin kemarin ia sangat antusias. Mungkin karena apa yang ia cari membawanya ke sebuah jawaban tidak pasti dan ambigu.

Ame memang belum cerita ke kakaknya karena belum sempat. Namun setelah membicarakan pengunduran diri bersama Sabrina, setelah itu Ame berencana untuk memberitahu kakaknya. Hari ini ia juga meminta kakaknya untuk mengantarnya dan Ame mengarahkan kakaknya selama perjalanan.

“Kakak harus ingat jalan ini nanti kalau pulang,”

“Kenapa?”

“Biar nanti nggak nyasar,”

Rama tertawa mendengar ucapan adiknya.

***

Ame melambai pada kakaknya. Ia kini sudah sampai di rumah Sabrina. Yah tapi kakaknya harus segera pergi. Padahal ia ingin bertemu Sabrina juga, tapi ternyata tidak bisa. Ame juga bersedih karena tidak bisa bertemu Sabrina karena Sabrina sudah tidak berada di rumah. Namun ia sangat berharap setidaknya dapat bertemu dengan Rosalie.

Saat Ame masuk ke dalam ruang tamu, ia melihat ada seorang gadis yang sedang duduk di sofa. Ia mengenakan kemeja hitam dengan rok putih. Rambutnya di kucir kuda. Awalnya Ame berpikir bahwa itu Rosalie, tapi ternyata tidak. Sejauh ini, Ame tidak pernah melihat langsung Rosalie mengenakan baju berwarna hitam. Baju Rosalie semuanya sama, berwarna putih, berlengan panjang dan panjang menutupi lutut. Ame menghampiri gadis yang duduk di sofa ruang tamu.

“Hai,” sapa Ame.

“Hai juga!” kata gadis itu dengan ceria menyambut kedatangan Ame. “Namaku Em,” katanya seraya mengulurkan tangan, yang tentu saja disambut baik dengan Ame.

“Namaku Ame. Jadi kamu sedang ada urusan apa di rumah ini?”

“Eh emmm...”

“Aku bertanya karena sebelumnya tidak pernah ada tamu di rumah ini,”

“Aahhh kupikir karena aku terlalu menganggu disini hehe,”

“Tentu saja tidak. Aku juga hanya bekerja disini,”

“Ohhh. Oh ya tadi Sabrina berkata untuk memberikan kue ini untuk kamu. Tadi aku juga dapat,”

Ame menerima kue itu dan mengucapkan terima kasih. Ia mendapat beberapa kue yang di bungkus dalam plastik yang terlihat plastik ulang tahun. Kue itu dibungkus rapi.

“Bisakah kamu makan kue itu? Makan sekarang bersamaku. Sebenarnya aku buat sendiri kemarin,”

Tidak enak menolak, ahirnya Ame ikut terduduk di sofa. Ia membuka bungkusan plastik itu dan memakan kuenya. Em juga menemani Ame makan kue itu. Kemudian mereka berdua mengobrol banyak hal. Setelah cukup banyak menghabiskan kue itu, Ame merasa kantuk yang luas biasa. Ia mencoba untuk melawan rasa kantuknya itu tidak bisa. Di sebrangnya, Em juga beberapa kali menguap. Walaupun akhirnya ia tertidur juga. Ame yang melihat Em langsung tertidur segera menghampirinya. Tapi belum sampai ke tempat Em, Ame juga jatuh tertidur. Ia sudah tidak bisa mencapai kesadarannya dan semuanya menjadi gelap.

***

Saat sudah tersadar, Ame berada di kamar yang sangat tidak asing baginya. Ini adalah kamar Rosalie. Matanya menyapu seluruh ruangan, mencari keberadaan Rosalie. Kepalanya terasa sangat berat dan sakit seperti habis di pukuli. Tenggorokannya juga sangat haus. Ame mencoba mengingat ingat apa yang tadi terjadi. Terakhir, ia makan kue bersama Em. Ah terus dimana ya anak itu?

Saat Ame ingin berdiri mencari Rosalie, seseorang menghubunginya. Itu adalah kakaknya. Tentu saja Ame mengangkat panggilan itu.

“Hai kak ada apa?”

“Tadi aku mau tanya soal jalan karena salah kayaknya tadi. Tadi aku malah masuk hutan,”

Lihat selengkapnya