Sesampainya dikediaman Paman Foster, Rendra pun meletakkan sepedanya dibalik semak-semak. Dengan hati-hati ia pun memasuki rumah Paman Foster melalui pintu belakang. Langkah demi langkah menghantarkan Rendra masuk kedalam rumah Paman Foster. Dia pun muliai mencari petunjuk yang diapun sama sekali tidak tahu apa yang sedang ia cari. Meja, laci, ruang kamar, dapur dan ruang tamu pun telah ia telusuri tetapi nihil. Tidak ada sebuah petunjuk yang bisa dia temukan. Dan saat dia mulai menyerah dan berniat untuk pulang tiba-tiba langkah kakinya terhenti karena melihat sebuah pintu yang menuju ruang bawah tanah. Dia pun mulai membuka pintu tersebut dan menuruni tangga hingga dia menemukan sebuah ruang kerja yang penuh dengan rumus kimia.
Rendra pun duduk dan mulai mengamati rumus kimia tersebut satu persatu. Dia sangat asing dengan rumus kimia itu. Selama ini yang ia pelajari didunia obat-obatan sama sekali tidak muncul rumus tersebut. Tetapi Rendra tidak ingin menyerah, ia terus menggali infomasi dari rumus kimia tersebut. Sampai akhirnya pandangannya tetuju kepada white board yang tertutup oleh kain putih. Dia pun membukanya dan betapa terkejutnya dia karena tulisan di papan itu menjelaskan secara terang-terangan tentang rumus kimia dan hasil reaksinya yang kemudian dibentuk menjadi sebuah racun mematikan. Dan semua rangkaian proses kimia tersebut dinamakan sebagai Americanesia oleh penulisnya. Rendra pun masih belum paham atas semua yang dia lihat, apa kaitannya Paman Foster dengan semua kejadian ini.
Dia terus mencari bukti-bukti lain, dan pada sat dia membuka laci dia menemukan sebuah kotak yang berisikan sebuah surat dan sebutir obat yang sama persis dengan obat yang sedang ia uji di laboratoium biologis bersama Nay. Betapa terkejutnya ia bahwa yang sedang ia uji bukanlah obat melainkan racun. Tubuhnya lemah tak bedaya, terduduk dilantai sembari membuka surat tersebut. Didalamnya berisi tentang perjanjian yang dibuat oleh Mr. Jack dan Nicko dimana bila ada yang berhasil menemukan racun untuk membunuh para lansia yang sudah tidak produktif lagi itu sama saja dengan menyelamatkan negara dari kemiskinan. Dan bila ada yang berhasil menemukan formula tersebut maka akan dihadiahi sebesar $5000.
Bagaikan dipecut oleh kenyataan yang sungguh tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Bagaimana bisa seorang anak dengan tega membunuh ayahnya sendiri. Apa yang sebenarnya Nicko pikirkan, bagaimana dia bisa dengan teganya membunuh seseorang yang sangat berjasa di hidupnya. Seseorang yang selalu ada untuknya, seseorang yang rela memberikan apa saja untuknya tanpa adanya kalkulasi hitungan angka, seseorang yang selalu dia sebut sebagai ayahnya dan memang pada kenyataannya seseorang tesebut ialah ayah kandungnya. Akhirnya Rendra pun memutuskan untuk keluar dari rumah Paman Foster dengan membawa serentetan barang bukti. Ia berniat ingin menunjukkan hal ini kepada Nay. Namun pada saat dia ingin keluar melalui pintu belakang tiba-tiba ada seseorang yang membekapnya dari belakang sehingga ia tak sadarkan diri.
Dengan kaki dan tangan yang terikat, posisi badan terduduk disebuah kusi Rendra pun akhirnya sadar. Dia bingung mengapa bisa dirinya terikat dan sedang berada dimanakah dia. Suara pintu terbuka pun memunculkan seseorang dengan topeng yang menutupi separuh mukanya. Dia pun berdiri didepan Rendra.
“Who are you? Why did you do this?,” tanya Rendra kepada seseorang tesebut. Seseorang itu tidak menjawab apa-apa melainkan hanya tertawa. Tawa yang sangat khas dan Rendra seperti tidak asing dengan suaranya. Akhirnya seseorang tesebut membuka penutup mukanya. Betapa terkejutnya dia setelah mengetahui bahwa yang berada dibalik topeng tersebut ialah Paman Foster. Sungguh, saat itu Rendra benar-benar mati rasa, seakan terbujur kaku diatas kursi dengan kaki dan tangan yang terikat. Bibir yang tidak mampu untuk bertutur kata bahkan nafas yang berhenti sejenak pada saat itu juga. Tenyata Paman Foster adalah dalang dibalik semua ini. Lantas apa tujuannya?. Mengapa ia memalsukan kematiannya?. Bahkan Nay yang telah menganggap Paman Foster sebagai ayah kedua malah kini mengkhianati bangsa Indonesia dan bangsanya sendiri. Membunuh lansia lainnya demi kepentingannya sendiri.
“You’re an asshole. What do you want? Why did you do this? What is it all about?,” tanya Rendra dengan emosi yang sudah tak tebendung lagi.
“Pelankan suaramu anak muda,” jawab Paman Foster yang sontak membuat Rendra terkejut. Ternyata selama ini Paman Foster fasih berbahasa Indonesia. Siapakah sebenarnya Paman Foster?.
Lima belas tahun yang lalu, ada dua orang pria bersahabat dengan baik. Perbedaan kewarganegaraan tidak membuat mereka lantas bermusuhan satu sama lain. Mereka ialah Rudi Wijaya dan Albert Foster. Keduanya sama-sama bekerja disektor pemerintahan. Foster dibidang perpajakan sedangkan Rudi Wijaya hanya sebagai bawahan dari Foster. Awalnya semua bejalan dengan baik hingga pada akhinya semua orang memuj-muji kinerja Foster pada masa itu. Mereka sama sekali tidak melihat bagaimana andil Rudi dalam setiap pekerjaan yang Foster kerjakan. Hingga pada suatu ketika pada saat Rudi mulai dilupakan, timbulah niat jahat Rudi. Dia pun memfitnah Foster telah melakukan penggelapan dana yang masuk hingga pada akhirnya Foster dihukum penjara dan dideportasi dari Indonesia. Itulah mengapa kini Foster sangat membenci Rudi bahkan kebenciannya meluas ke seluruh lapisan masyarakat Indonesia karena tidak mempercayainya waktu itu.
Dia pun sangat ingin membalaskan dendamnya kepada bangsa Indonesia tetapi menunggu waktu yang tepat. Setelah bertahun-tahun menunggu akhinya tibalah saatnya. Krisis moneter yang menancap dijantung Indonesia kini seolah menjadi sumber energi bagi Foster untuk melancarkan aksinya. Dengan Christ yang saat ini masih berada di Indonesia akhirnya Foster bekerjasama dengan Christ yaitu dengan cara menawarkan kerjasama Americanesia ini kepada Indonesia. Foster sebetulnya sudah lama membuat formula racun berbentuk obat ini. Meminumkan kepada lansia-lansia yang sudah tidak mempunyai semangat hidup sehingga mengurangi beban negara. Dan terbukti, racun ini berhasil membuat ratusan lansia di Amerika meregang nyawa. Semua yang meninggal semua didiagnosa akibat penyakit jantung.
Kini hanya tinggal menungu hitungan jam Foster akan melihat bangsa Indonesia menjadi puing-puing yang tidak berdaya. Layaknya plastik yang berterbangan tertiup angin tanpa mempunyai arah dan tujuan. Bencana genosida kini benar-benar didepan mata, bangsa yang tadinya subur makmur kini sudah tidak bisa lagi menjamu jutaan pasang mata dengan keindahannya. Keadaan dari dalam negeri sendiri saja sudah sangat ringsek. Harga kebutuhan yang semakin melonjak kini membuat uang seribu seakan tidak ada nilainya. Dan celakanya lagi Americanesia telah menyerang secara membabi buta, mengeroyok Indonesia sekakan menekan pergeakan Indonesia untuk lolos dari maut.
Sebenarnya Foster telah memberikan petunjuk kepada Nay tentang kerjasama ini dengan cara memalsukan kematiannya dan meninggalkan secarik kertas bertuliskan Americanesia. Ia melakukan itu karena tidak ingin Nay telibat didalamnya mengingat ia telah menganggap Nay seperti putrinya sendiri. Paman Foster pun meninggalkan Rendra diruangan tesebut, Rendra pun tidak tinggal diam. Dia terus berusaha untuk melepaskan kaitan tali ditangannya hingga pada akhinya tali tesebut berhasil terlepas.Dengan cepat Rendra bepikir agar dapat keluar dari ruangan tesebut. Dia pun melihat ada sebuah jendela kecil yang cukup tinggi tetapi Rendra bisa meraihnya dan keluar dari rumah Paman Foster. Dia tergopoh-gopoh berlari menuju rumah Nay, dan saat memasuki rumah Nay sontak Nay terkejut.
“Mengapa kamu kembali kesini lagi dan memasuki rumahku tanpa ketuk pintu?,” tanya Nay.