AMERTA

Nisya Nur Anisya
Chapter #4

AYAM GEPREK

Siang ini langit begitu cerah, semoga hidupku hari ini secerah langit ibu kota. Aku yang sedang asik mendengarkan lagu, sambil duduk menghadap jendela, sambil menatap clowee yang sengaja kusimpan tepat didekat jendela, sehingga membuat suasana hari ini semakin tenang.

Hanya lima menit ketenangan singgah dihidupku, sebelum teriakan sember kak Andraste menghancurkan semuanya. Ya, dia adalah kakakku satu-satunya, sekaligus musuh bubuyutanku, meskipun dia menyebalkan, tetapi dia baik dan aku sayang kepadanya, itu pun jika dia sedang waras.

“Deeeee!!” teriakannya dari arah ruang keluarga.

Seketika aku merotasikan bola mataku, setelah suara teriakan sember itu hampir menghancurkan kedua gendang telinga ini, aku bangkit dari kasur, dan berjalan malas menuju ruang keluarga.

“Iya ada apaaaa?” tanyaku malas dengan wajah ditekuk.

“Gue pengen ayam geprek, tolong beliin gue ayam geprek yaaaa, adek gue yang paling cantik, paling baek, paling pinter,” rayu kak Andraste dengan khas muka tengilnya.

“Kenapa gak gofood aja sih a?”

“Gue pengennya dibeliin ama adek gue yang paling baek ini, gak mau ama abang grab,” wajahnya yang sok imut, rasa gatal ditangan ingin merauk.

Okay, untuk kali ini aku mengalah, tidak ada energi yang bisa kukeluarkan untuk meladeni debatan manusia super menyebalkan ini. aku pun memasang senyum sinis, sambil berseloroh.

Okayyy”.

“Iiiiiihhh baek banget emang adek gue, jadi makin sayang. Nih uangnya, kalau lo mau beli juga beli aja, atau mau sekalian beli cemilan, beli aja. Gue tahu, stok cemilan lo menipiskan”.

Aku hanya memasang senyum sinis tanpa mengeluarkan sepatah katapun, kemudian berjalan pergi menuju keluar rumah dan membuka gerbang, aku berjalan dengan kaki diseret dan wajah yang ditekuk, serta headshet yang menggantung ditelinga.

“Iiissshhh kenapa gue harus punya kakak rese modelannya kek a Andras sih,” gerutuku sambil menendang kerikil yang berada dijalan.

“Sumpah mana panas, gak bisa naek motor, jarak rumah sama tempat ayam geprek lumayan jauh, emang bener-bener ya nih manusia satu ngeselinnya”.

Seketika tenggorokanku terasa sangat kering. Hadeuuuhhh, kenapa hidupku hari ini tidak secerah langit ibu kota sih.

Lima menit kemudian, aku tiba ditempat ayam geprek, aku pun masuk dan memesan dua bungkus ayam geprek.

“Bang ayam gepreknya dua bungkus yaa level lima, saya tinggal sebentar mau ke indomaret, nanti saya balik lagi”.

“Siap neng”.

Aku bergegas jalan menuju indomaret, yang berada tepat di samping tempat ayam geprek. Pintu indomaret kubuka, terasa sejuk menjalari tubuh kecilku, saat masuk ke dalam indomaret. Reflek, aku langsung berdiri di depan pintu dan menutup mata dengan posisi kepala menengadah.

“Ademmm,” senyumku masih dalam keadaan mata terpejam, untuk menikmati ac indomaret.

“Permisi,” suara pria mengejutkanku dari arah belakang, sontak aku langsung membuka mata dan berbalik badan menghadap ke arah sumber suara tersebut.

“Ma…ma…maaf,” ujarku terbata-bata, dengan ekspresi wajah malu yang tidak bisa ditutupi lagi.

Pria itu langsung berjalan meninggalkanku, tanpa memperdulikan perkataanku. Dengan rasa malu yang masih hinggap di diriku, dengan sigap tangan kananku mengambil keranjang belanjaan yang sudah disediakan.

Aku berjalan menuju rak cemilan dan mulai memilih, satu persatu berbagai jenis cemilan mulai memenuhi keranjang belanjaanku, setelah puas memilih cemilan, aku berjalan ke arah minuman, saat aku sedang membalas chat WhatsApp dari Azhim, tiba-tiba saja ada yang menabrak tubuh kecilku, pandanganku langsung beralih kepada sosok pria yang tadi mengejutkanku di depan pintu indomaret.

“Aawww sakiiittt,” aku mengelus lembut tangan kiriku yang terjepit keranjang belanjaan.

“Mbak, lain kali kalau lagi jalan tuh jangan maen hp, mbaknya baru pertama kali masuk indomaret ya?”

“Heh! Sembarangan lo ya kalau ngomong, masnya aja jalannya gak hati-hati”.

“Mbaknya nih selain udik, juga gak mau kalah dan mengakui kesalahannya ya”.

“Heh! Sembarangan banget sih lo bilang gue udik”.

“Semoga kita gak ketemu lagi ya mbak,” ujar pria itu kemudian pergi meninggalkanku.

“Iiisshh dasar cowok rese, sialan bisa-bisanya dia ngatain gue udik,” cibirku.

Selesai memilih cemilah dan minuman, aku segera berjalan kekasir untuk membayarnya, tiba dikasir, semua belanjaanku mulai dihitung. Benar-benar tidak disangka, saat aku sedang menunggu mbak kasir menghitung semua belanjaanku, tiba-tiba saja ada seorang anak kecil laki-laki berjalan mendekatiku, kemudian memegang tangan kananku dan berseloroh.

Lihat selengkapnya