Amigdala: Sari Sekar Dayu

Anita Utami
Chapter #3

DUA

Satu kegiatan yang paling Sari Sekar Dayu benci adalah membangunkan suaminya setiap pagi. Meskipun dirinya teriak-teriak, Bulan Tsabit menangis-nangis, suaminya bergeming dalam pulasnya. Seringkali, pria itu memang sengaja tidak mau bangun karena hasratnya semalam tidak dipenuhi. Nanti, ketika sudah terlambat, Sari Sekar Dayu akan dimarahi, dibentak-bentak, bahkan Bulan Tsabit pun tak mendapat sapaan pagi darinya.

Pada hari itu, kewarasan Sari Sekar Dayu diuji ketika suaminya benar-benar tak pergi bekerja dan baru bangun pukul satu siang. 

“Kenapa tidak kerja?” tanyanya, saat suaminya mengopi di teras rumah. Pria itu bahkan membuat kopi sendiri, mengabaikan kopi yang dibuat istrinya tadi pagi. 

Tiada jawaban. Ingin rasanya wanita itu membenturkan jidat ke tembok sampai berdarah, tapi dia tidak melakukannya, pesimis suaminya akan mengacuhkannya. 

Sari Sekar Dayu kembali ke kamar, menemukan Bulan Tsabit sudah bangun dan wanita itu lega karena anaknya itu tidak menangis, malah berceloteh sendiri. Jarang-jarang, dia bisa punya waktu untuk berbaring dan main HP.

“Mah?” Suaminya tiba-tiba masuk kamar, duduk di sebelahnya yang berbaring. Firasat buruk segera menyergapnya seperti begal di tengah malam. Pasti ada maunya. Pasti bikin masalah lagi.

“Bisa pinjamin uang nggak?”

Nah, kan.

“Buat apa?”

“Bisa nggak?”

Sari Sekar Dayu mendengkus, bangun duduk.

“Kemarin istrinya Si Anu pinjam duit di pinjol. Coba lihat, kita ada limit, nggak?”

Sampai sini, Sari Sekar Dayu sudah tak bisa berpikir jernih. Pasti, jumlah yang dibutuhkan suaminya tidak sedikit.

“Jawab dulu, buat apa?”

Lihat selengkapnya