Seperti biasa, pagi itu Jian berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Tak memakan waktu lama akhirnya ia sampai di depan gerbang sekolah. Tiba-tiba kedua matanya menangkap sosok Gilang baru datang dengan motornya. Namun ternyata lelaki itu tidak sendirian., melainkan datang berboncengan bersama Yulia.
"Good morning, Jian!" seru Yulia dari atas motor Gilang sambil melambaikan tangannya, membuat gadis itu kesal setengah mati melihatnya.
Kekesalannya semakin memuncak kala melihat Gilang yang hanya diam seolah tak melihat kehadirannya di sana. Akhirnya dengan gusar, gadis itu pun beranjak pergi meninggalkan mereka.
'Sial! Sial! Mereka benar-benar keterlaluan sudah mempermalukan dan menyakiti hatiku seperti ini!' gerutunya dalam hati tanpa henti.
Sementara itu Kenzo pun terlihat baru saja memarkirkan motornya di parkiran sekolah ketika tanpa sengaja melihat Yulia dan Gilang datang. Dahi lelaki itu sedikit mengernyit.
'Bukankah mereka berdua itu yang kemarin bertengkar dengan Jian?' pikirnya.
"Gilang, kau marah padaku, ya?" Kenzo tanpa sengaja mendengar suara Yulia berkata.
"Yulia, tolong hentikan semua ini. Hubungan kita sudah berakhir. Kenapa kau masih terus saja menggangguku?" Gilang terdengar menyahut.
"Karena aku masih mencintaimu, Gilang.. Perasaanku tidak pernah berubah."
"Bukankah kau sendiri yang memutuskan hubungan kita waktu itu? Lagipula aku sudah tidak memiliki perasaan apa-apa lagi padamu. Maaf, tapi saat ini hanya Jian yang kucintai."
"Tapi dia sudah meninggalkanmu.. Dia sudah tidak mau denganmu lagi. Kumohon kembalilah padaku, Gilang.."
"Maaf, aku tidak bisa.." kata Gilang, lantas beranjak pergi meninggalkan Yulia.
"Gilang! Tunggu!" Yulia berusaha mengejar Gilang.
'Ah, jadi lelaki itu mantan kekasihnya Jian? Dan ternyata dia masih mencintai gadis itu. Hei, dia tidak tahu saja kalau Jian akan menjadi milikku kelak, bukan milik orang lain. Oh, tunggu! Memangnya sejak kapan aku menyetujui perjodohan ini?'. kata Kenzo dalam hati sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Lelaki itu menghela napas panjang, lantas kembali melanjutkan perjalanannya menuju kelas. Akan tetapi baru saja setengah perjalanan, tiba-tiba saja ia melihat Jian yang kini berjalan di depannya.
"Yo, tetangga!" sapanya pula.
Jian menoleh mendengarnya. Wajahnya terlihat kesal.
"Kau? Mau apa kau?" katanya tanpa berhenti berjalan. Kenzo mengikutinya.
"Kita berdua 'kan satu kelas. Memangnya salah kalau kita datang bersama?"
"Jangan ganggu aku. Tekanan darahku sedang dalam keadaan meninggi. Kalau kau tak ingin merasakan pukulanku, lebih baik menyingkirlah."
"Tidak masalah. Pukul saja aku kalau itu memang bisa membuatmu lebih tenang."
"Apa? Astaga! Pergilah, jangan ikuti aku."
"Tidak mau.."
"Kau ini—"
"Jian!"
Jian yang semula benar-benar hendak memukul Kenzo itu menghentikan gerakannya begitu mendengar Gilang tiba-tiba memanggilnya. Tanpa disangka-sangka, tiba-tiba saja gadis itu meraih lengan Kenzo dan melingkarkan tangannya ke sana, membuat lelaki itu terkejut sekaligus heran.
"Hei, apa yang—"
"Ayo, kita masuk kelas bersama-sama." potong Jian lantas menggandeng lengan Kenzo mengajaknya pergi, meninggalkan Gilang yang tampak terbengong-bengong melihatnya.
"Kau lihat sendiri, bukan? Gadis itu sudah punya kekasih yang baru. Lupakanlah dia." kata Yulia yang kini kembali berada di samping Gilang.
Tak menjawab, Gilang hanya menarik napas dalam-dalam, lalu beranjak pergi pula.
Sementara itu Jian yang merasa sudah berada jauh dari Gilang dan Yulia, secepat kilat melepaskan tangannya dari Kenzo.
"Hei, kenapa kau melakukan itu?" tanya Kenzo.
"Tidak.. err.. anggap saja itu hukuman karena kau terus saja mengikutiku."
"Huh?"
"Sudahlah, aku masuk dulu." Jian pun melangkah meninggalkan Kenzo.
Sepeninggal gadis itu, Kenzo tersenyum sendiri.
"Tak apa. Toh kelak kau akan terus menggandeng lenganku selamanya," katanya lirih, lantas beranjak menyusul gadis tersebut.
***
Jian terlihat menggerutu seorang diri, tepatnya di dalam toilet putra. Gadis itu kini tengah menjalani hukumannya membersihkan toilet sekolah oleh Pak Arnold wali kelasnya. Pasalnya gadis itu ketahuan tidur di kelas saat jam pelajaran tengah berlangsung.
"Ck, ini semua gara-gara mereka berdua aku jadi tidak bisa tidur semalaman. Argh! Kenapa nasibku sial terus, sih?" gadis itu menggerakkan alat pelnya asal-asalan.
Mereka berdua yang dimaksud Jian tentu saja Gilang dan Yulia. Gadis itu masih kesal akibat kejadian kemarin dan itu membuatnya begadang hampir semalaman.
"Aku baru tahu ada petugas kebersihan yang baru di sekolah ini."
Jian sedikit tersentak dan menoleh mendengarnya. Tampak olehnya seorang lelaki tampan yang kini tengah berdiri tak jauh darinya. Sammy Ferguso.
Gadis itu merotasikan bola mata malas menanggapinya. Ia sudah terlalu lelah oleh hukuman ini jadi ia tak ada nafsu meladeni ejekan Sammy.
"Jika ingin buang air cepat lakukanlah. Jangan ganggu pekerjaanku." ujarnya kemudian karena melihat Sammy hanya diam tanpa ada maksud ingin masuk.