Â
"Jian!!"
Jian yang tengah berjalan menyusuri koridor itu berhenti dan menoleh. Ia melihat Ayu berlari-lari kecil menghampirinya. Gadis itu tampak ceria sekali pagi itu.
"Hei! Ada apa? Sepertinya kau tampak gembira sekali." tanya Jian sedikit heran.
"Benarkah? Ah tidak, aku biasa saja." sahut Ayu sambil tersenyum, membuat Jian menyeringai curiga.
"Aku tahu.. Pasti kau mendapat uang saku lebih, bukan?"
"Tidak, bukan itu. Tadi aku diantar oleh seseorang."
"Hei.. Bukankah setiap hari kau memang diantar? Kenapa kau meributkan hal itu?"
"Memang, tapi kali ini yang mengantarku orang yang berbeda."
"Huh? Apa kau punya sopir pribadi yang baru?"
"Ck! Bukan.."
"Katakan saja kalau kau memang bermaksud ingin mengatakannya."
"Aku diantar Kak Yoseph."
"APA??"
"Astaga! Kencang sekali suaramu! Telingaku bisa pecah mendengarnya."
"Kau—diantar Kak Yoseph? Kak Yoseph siapa?"
"Ck.. Tentu saja Kakakmu. Yoseph Ardian."
"Hei! Bagaimana bisa dia mengantarmu? Bahkan aku yang adiknya sendiri saja harus berjalan kaki dari rumah. Wah!! Yang benar saja! Apa-apaan itu?"
"Hei, hei, tenanglah. Sebenarnya tadi aku diantar sopirku, tapi di tengah jalan ban mobilku bocor. Jadi aku terpaksa melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Tapi baru sebentar aku berjalan, Kak Yoseph kebetulan lewat dan mengajakku ikut ke dalam mobilnya. Katanya dia mau berangkat kuliah, tapi dia bilang akan mengantarku lebih dulu ke sekolah. Ternyata Kakakmu lelaki yang sangat baik ya, Jian.."
Jian melongo mendengarnya. Ekspresinya mendadak aneh.
"Hei, Jian! Kau baik-baik saja? Hei! Jangan menakutiku! Hei! Kenapa kau diam saja? Jian!!" Ayu mengguncang-guncang bahu Jian, tapi gadis itu seperti tak sadar. Tatapan matanya kosong seperti baru terkena hipnotis.
Andai saja Ayu tahu kalau sahabatnya itu kini tengah merasakan serangan depresi tiba-tiba.
***
"Any question, Students?"
"No, Sir.."
"Good, now I'm going to give you an assignment. Please make a sentence with past progressive pattern just like we discussed before. You can look at the example I have given to you. And your time is only 3 minutes. Then I'll point one of you to say your sentence. Understand?"
"Yes, Sir.."
Pak Arnold berhenti sejenak, lantas duduk dan membuka daftar hadir murid.
"Tamat sudah riwayatku! Hei, Ayu, tadi Pak Arnold ngomong apa?" bisik Jian pada Ayu yang tengah asyik mencoret-coret catatannya.
"Kurang paham. Tapi sepertinya kita disuruh membuat kalimat past progressive seperti pada contoh di depan. Dan kita hanya diberi waktu 3 menit." Sahut Ayu sambil berbisik pula.
"Wah, kau hebat sekali bisa mengerti ucapannya."
"Tidak, aku baru saja mengintip catatannya Bobby."
"Apa?"
"Sst.. Sudah, cepat kerjakan!"
Jian diam saja. Ia paling kesulitan jika harus membuat kalimat dalam bahasa inggris. Gadis itu berusaha berpikir mencari-cari ilham.
"Have you done?" suara Pak Arnold bagaikan petir di siang bolong bagi Jian.
"Yes, Sir.."
"Astaga, kenapa cepat sekali?" keluh Jian kebingungan.
"Allright, now, I'll point some of you to say your sentence. First, you, Bobby. Say your sentence."
Bobby berdehem sejenak, kemudian mulai berkata,
"My mother was cooking kimchi soup yesterday."
"Good. Next, Jonathan."
"I was doing my assignment when my sister came to my room."
"Yes, right. Next, Ayu."
Ayu tak segera menjawab. Ia masih sibuk mencoret-coret catatannya.
"Ayu Wandira, have you done or not?"
"Y-yes, Sir." sahut Ayu kemudian.