Nerissa, itu namanya. Anak dari kepala polisi di kotanya. Hidupnya normal normal saja hingga..
“Ayah.. ayah lihat blazerku gak?” tanya Nerissa sambil mengobrak abrik lemarinya yang berantakan. Ayah Nerissa tak menghiraukan anaknya. Ia tetap sibuk dengan ponselnya. Pada saat itu masih jam 6 pagi. Ayah Nerissa, Peter, harus sudah ada di kantor pagi pagi untuk mengurus kasus pembunuhan yang telah ia selidiki dengan anak buahnya selama satu bulan belakangan. Nerissa yang tahu omongannya tak digubris oleh ayahnya hanya cemberut sambil terus mencari blazernya yang hilang entah kemana.
“Ayah berangkat dulu ya, nanti mungkin ayah akan pulang terlmbat. Jaga diri ya.” lalu Peter meninggalkan Nerissa dan langsung meluncur ke kantor. Nerissa mengerti kalau ayahnya sibuk sekali, namun ia juga ingin sesekali diperhatikan oleh ayahnya.
“Nah ini dia!” Nerissa yang sudah menemukan dimana blazernya langsung mengenakan blazer tersebut dan merapihkan seragamnya. Nerissa sudah kelas dua SMA. Ia sudah harus mulai menjaga penampilannya untuk dicontoh adik kelasnya. Ya setidaknya itu yang dikatakan wali kelasnya kemarin.
Hari ini Nerissa berencana untuk mengikuti pertukaran pelajar yang rencananya akan diadakan bulan depan. Ia merasa bahwa dengan mengikuti pertukaran pelajar ini, setidaknya ia tidak ada beban pikiran bahwa ayahnya tidak perhatian kepadanya. Ia sebenarnya ingin mengerti pekerjaan ayahnya, namun ia tetap tak bisa melakukannya. Ia merasa dengan tidak adanya sosok ibu sejak lahir, ayahnya lah yang seharusnya menggantikan ibunya, yang selalu ada di sisinya.
“Jam berapa sih sekarang?” Nerissa melirik jam dinding. 6.30, itu artinya ia telah melamun selama kurang lebih setengah jam. Ia beranjak dari tempat duduknya dan bergegas ke sekolah. Ini masih terlalu pagi, namun untuknya itu tak masalah selama ia bisa ke minimarket dan membeli beberapa cereal bar.
Nerissa mengunci pintu rumahnya dan langsung berangkat. Ia berjalanan kaki. Jalanan tak sesepi itu, kota ini tidak pernah tertidur. Jam berapa pun itu pasti tidak akan sepi. Nerissa berjalan sambil memainkan ponselnya. Ia menuju ke minimarket yang selalu ia kunjungi setiap pagi untuk membeli satu kotak susu atau tidak sama sekali. Terkadang ia hanya duduk di kursi depan minimarket tersebut sambil menunggu jam masuk sekolah. Tiba tiba seseorang menabraknya.
“Maaf maaf.” setelah itu ia langsung pergi. Ia terlihat terburu buru. Ia mengenakan pakaian serba hitam. Nerissa tak begitu memperdulikannya. Ia kemudian masuk ke dalam minimarket dan langsung membeli satu kotak susu dan langsung duduk di kursi depan minimarket sambil sesekali melamun.
Di sisi lain, laki laki yang menggunakan pakaian serba hitam itu tetap berlari. Ia berlari tanpa tujuan. Seperti dikejar, namun tak terlihat siapapun yang mengejarnya. Setelah beberapa saat, sepertinya ia sudah menemukan tujuannya. Ia berlari melewati gang gang kecil yang merupakan jalan pintas menuju ke sebuah rumah susun. Ia menaiki tangga dan ketika sampai, seseorang memukulnya.
“Dari mana aja kamu hah!?” tanya laki laki yang memukulnya ketika sampai. Ia hanya terdiam mendengar pertanyaan ini. Mana bisa menjawab, karena ia tahu jika menjawab akan memperkeruh suasana.