Nerissa sudah menunggu jam istirahat. Ia ingin mengisi formulir untuk pertukaran pelajar, tepatnya di Amerika. Setelah bel istirahat berbunyi, ia langsung keluar kelas dan menuju ke ruang guru. Ia ditemani oleh temannya, Jessica. Mereka sudah berteman kurang lebih 5 tahun lamanya.
“Lu yakin mau ikutan pertukaran pelajar?” Jessica membuka pembicaraan. Nerissa mengangguk dengan yakin. Jessica hanya mengangkat alisnya setelah melihat temannya yang benar benar niat untuk pergi ke negara Paman Sam itu.
“Lu jangan jangan mau ngejauh dari gua ya?” tanya Jessica sembari menunjuk ke arah Nerissa. Nerissa tertawa sejenak kemudian mencubit pinggang Jessica.
“Yakali hei, orang macam lu itu gak banyak. Yakali gua bisa nemu temen sebobrok lu.” mendengar itu senyuman Jessica mengembang.
“Ah lu bikin gua malu saja shay.” Jessica memukul pelan Nerissa.
“Dih najis lu, minggir ah! Cepetan ntar ruang guru keburu rame!” Nerissa menarik tangan Jessica.
“Eh woy lu apaan sih? Itu ruang guru woy bukan grosiran. Lagian siapa juga yang mau ikutan pertukaran pelajar kayak gitu. Mending ya gua stay disini terus ngegebet anak yang dituker sama lu itu,” celoteh Jessica. Nerissa tak menghiraukan kalimatnya dan tetap menarik Jessica.
“Bacot ahh...” kemudian mereka berdua berlari ke arah ruang guru. Tak lama setelah berlari melewati beberapa ruangan, mereka sudah sampai di depan ruang guru.
“Apa apaan sih woy, lu nyuruh gua lari lari gini ntar kalo gua kurus lu gua salahin,” omel Jessica.
“Gak bisa lah maemunahh.. udah ah gua mau masuk. Lu tunggu sini dulu!” Nerissa kemudian meninggalkan Jessica dan memasuki ruang guru. Ia mencari guru Bahasa Inggris, karena ia yang bertugas mengumpulkan murid yang mengajukan diri untuk pertukaran pelajar. Sebelum ia sampai ia melihat seorang laki laki yang juga sedang berbicara dengan guru Bahasa Inggris. Nerissa mencoba untuk mengenali wajah laki laki itu namun ia tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas.
“Eh Nerissa!” sapa guru Bahasa Inggris itu. Nerissa tersenyum dan sedikit membungkuk. Guru itu memberikan isyarat kepada Nerissa agar menghampirinya.
“Ada apa Ner?” tanya guru itu. Nerissa terdiam sejenak dan menoleh kearah laki laki yang sekarang da di sebelahnya itu.
“Ah lu lagi anjir,” gumam Nerissa pelan. Laki laki itu menoleh. Ia menatap Nerissa dengan tatapan aneh.
“Emang kenapa sih sewot amat ama gua?” tanya laki laki itu tidak terima.
“Eh apaan?! Sorry gua gak level ya!” balas Nerissa.
“Lu jangan mentang mentang gua mantan lu jadi gua bakal baik sama lu kalo lu terpesona sama gua ya. Sorry gua punya doi.”
“Dih ogah gua sama lu hih apaan.” Nerissa memutar bola matanya.