Tok...tok...tok...
“Masuk.”
“Baik.” seseorang masuk ke dalam ruangan tersebut.
“Pak orangnya ingin bertemu dengan bapak,” jelas orang tersebut. Peter mengangkat alisnya.
“Saat menangkapnya aku sudah bertemu dengannya, kenapa dia ingin bertemu lagi?” tanya Peter.
“Dia tidak ingin diinterogasi jika tidak dengan bapak.”
“Bisa kah kalian meninggalkan aku untuk menelepon putriku sejenak?” keluh Peter. Kemudian ia beranjak dari kursinya dan keluar dari ruangannya. Ia menuju ke ruang interogasi. Terlihat seorang pria duduk di kursi yang disediakan di dalam. Disana juga ada dua polisi yang menjaganya. Setelah ia masuk ke ruangan tersebut, pria itu menatap Peter tajam. Peter menatapnya balik dengan muka datar.
“Ya ada apa?” tanya Peter singkat. Memang kali ini bukan bagiannya Peter untuk menginterogasi. Ini bagian orang lain untuk menginterogasi. Peter seharusnya hanya mengawasi dari jauh. Peter tadi ke ruangannya sebentar untuk menelepon putrinya jika ia akan pulang terlambat lagi, atau bahkan akan menginap.
“Kau kepalanya kan?” tanya pria itu balik. Tiba tiba ada seseorang yang memberikan Peter beberapa kertas. Sepertinya itu merupakan data tentang pria yang akan ia interogasi itu. Peter membisikkan sesuatu kepada orang yang memberikan kertas tersebut dan menyuruhnya pergi. Peter kemudian membaca kertas kertas tersebut.
“Ansell Ramiroyang,” Peter membuka pembicaraan.
“Pernah ditahan karena mengonsumsi narkoba dan mencuri di supermarket. Jadi sekarang kau berganti profesi menjadi pembunuh berantai?” sambung Peter. Pria itu yang bernama Ansell mengalihkan pandangannya.
“Apa motifmu?” tanya Peter.
“Aku ingin bertemu denganmu bukan untuk diinterogasi. Aku hanya ingin melihat wajah malangmu.”
“Jangan bercanda.”
“Untuk apa? Aku tidak pernah bercanda!”
“Jangan buang waktuku.”
“Terserah.”
“Oh.” kemudian Peter beranjak dan pergi.
“Kau akan lihat bagaimana kami berkuasa. Ini belom ada apa apanya!” Ansell berteriak. Peter sesaat menoleh.
“Omong kosong!” kemudian Peter membuka pintu untuk keluar.
“Kau akan menyesal!” Ansell kembali berteriak. Peter menoleh untuk yang kedua kalinya. Kali ini ia memutuskan untuk duduk di depan Ansell lagi.
“Untuk apa aku harus menyesal?”
“Kami sangatlah kuat, kalian tidak akan bisa membuat kami tunduk.”
“Kami ingin kalian ditangkap, bukan tunduk dan menyerahkan diri.”
“Apa motif membunuhmu?” tanya Peter.
“Bukan urusanmu!”
“Kau tak sengaja terlihat di CCTV di area perbelanjaan pusat kota, namun pada hari yang sama satu pembunuhan ditemukan di studio siaran radio. Laporan dari warga setempat tentang pembunuhan tersebut hanya selang 10 menit dari waktu kau terlihat di pusat kota. Jarak dari pusat kota dan studio itu cukup jauh. Tidak mungkin kamu bisa menempuh jarak sejauh itu hanya dengan waktu kurang dari 10 menit. Apakah itu mungkin?”
“Bodoh!”
“Terserah, kami disini menangkapmu karena kasus pembunuhan di supermarket saat malam hari. Kau memang pintar ya dalam hal bersembunyi. Butuh waktu dua bulan kami bisa menemukanmu. Bahkan disaat 2 bulan itu kalian masih membunuh juga.”
“Lalu? Kalian tidak bisa apa apa hanya dengan menangkapku!”
“Aku harap temanmu bisa menemanimu disini.”
“Mata elang yang kalian bangga banggakan tidak akan bisa menangkapku walaupun mencari setiap hari!”
“Oh begitu ya?”
“Lemah!”
“Kalian memangnya sekuat apa sampai menangkapmu belum cukup untuk menghentikkan kalian?”
“Kami kuat! Dia tidak akan membiarkan kalian menangkap kami lagi!”
“Sudahlah kau hanya buang buang waktuku, biarkan orang lain saja yang menginterogasimu.” Peter sudah mulai muak dan berdiri dari kursinya. Ia menatap Ansell sesaat dan pergi. Diluar sudah ada orang yang seharusnya menginterogasi Ansell.
“Kau gali informasi lebih dalam.” Peter menepuk bahu orang tersebut kemudian ia berjalan mendekati polisi lain yang sedang mengamati Ansell lewat monitor.
“Kita benar, mereka lebih dari satu orang,” jelas Peter.
“Dia bilang mereka tidak akan berhenti, berarti Ansell bukanlah kepala dari mereka. Ansell hanya anak buah dari seseorang. Dan sepertinya markasnya berada di kota ini walaupun pembunuhannya kerap terjadi di luar kota semua. Motifnya masih belum bisa di ketahui karena setelah kubaca baca, korban ada yang memiliki keterkaitan satu sama lain namun ada juga yang tidak ada hubungannya sama sekali. Dan sepertinya markas mereka atau setidaknya tempat mereka berkumpul sementara terletak di jalan dekat kafe yang terakhir kita kunjungi lusa. Kita juga melihat jaket yang sama yang dikenakan Ansell kan di kafe itu? Tapi wajahnya tak bisa dikenali. Namun keduanya tak memiliki kesamaan ciri ciri tubuh. Mungkin mereka berbagi pakaian,” lanjut Peter.
“Kenapa bisa yakin?”
“Dia mengatakan ada sosok yang tidak akan membiarkan kita tunduk, artinya ada kepala. Kedua, ia bilang kalau mata elang kita tidak akan bisa menangkap mereka. Mungkin yang ia maksud adalah Tim Elang. Sedangkan wilayah patroli mereka ada di area kafe tersebut. Itu berarti mereka sering mengamati gerak gerik tim itu kan.”
“Oh..”