Besoknya, tepatnya saat dini hari Nerissa dan Agatha sudah sampai di Amerika. Saat sampai disana, pembimbing mereka menginstruksikan mereka untuk membuat 2 baris. Satu baris yang menginap di flat, sisanya yang tidak menginap di flat. Agatha dan Nerissa berada pada baris yang berbeda. Nerissa akan tinggal di flat, sedangkan Agatha akan tinggal di rumah saudaranya. Setelah beberapa saat akhirnya mereka meninggalkan bandara dan naik taksi ke tempat tinggal masing masing. Nerissa naik taksi dengan seorang siswi yang tidak ia kenal. Mereka tidak banyak bicara. Nerissa hanya melihat ke luar jendela hingga tak terasa mereka sudah sampai. Pembimbing segera mengabsen dan langsung menyerahkan kunci flat siswa masing masing. Setiap siswa mendapatkan satu flat. Nerissa yang sudah mendapatkan kunci flatnya langsung menuju ke flatnya. Ruangannya tak begitu besar. Hanya ada ruang tengah, satu kamar, dapur kecil dan satu kamar mandi. Semuanya tertata rapi. Sudah ada perabotan yang siap digunakan. Bahkan di dalam kulkas ada beberapa butir telur dan beberapa makanan kaleng. Setelah melihat lihat, Nerissa pun masuk ke kamar dan langsung tidur.
Matahari sudah terbit. Andrian membereskan barang barangnya yang tadinya tak sempat ia bereskan kemarin. Ia memasukkan beberapa foto dan buku baca ke dalam tasnya. Andrian juga tak lupa mengambil uang tabungan yang sudah ia tukar. Tiba tiba Frederick masuk dan membawa satu setel baju berwarna hitam.
“Hari ini kamu harus kawal pebisnis itu!” suruh Frederick tiba tiba. Andrian kebingungan dan marah. Frederick tidak meminta izinnya jika ia akan mempekerjakan Andrian. Mendengar hal itu Andrian langsung berdiri.
“Apa maksudnya? Gak! Gak akan!” seru Andrian. Frederick pun marah mendengar hal itu.
“Ayah liat sendiri!” Andrian menunjuk kearah koper dan tasnya. Frederick bingung melihat anaknya berkemas.
“Aku akan pergi ke Amerika selama 3 bulan. Hari ini akan berangkat. Jadi ayah sudah tau kan jawabanku?” lanjut Andrian. Frederick yang kaget melihat anaknya membuat keputusan tanpa izinnya langsung menampar Andrian.
“Kenapa ayah menamparku?!” tanya Andrian dengan nada sedikit tinggi.
“Ayah juga gak minta izin kalo bakal mempekerjakan aku kan?! Jadi buat apa aku izin?!” lanjut Andrin. Ia pun mengambil baju yang Frederick tadi bawa dan memasukkannya ke dalam koper. Frederick hanya berdiri terdiam melihat anaknya membereskan barang barangnya. Setelah selesai Andrian menatap Frederick sesaat.
“Ayah aku berangkat. Doakan sampai tujuan.” kemudian Andrian menarik kopernya dan keluar kamarnya. Dekat televisi ia mengambil jaket yang digantung. Saat keluar dari rumahnya, ia melihat kearah rumahnya sesaat.
“Ayah, maafkan aku ya. Aku gak tahan kalau harus begini terus. Ayah gak bisa memaksakan kehendak ayah terus ke aku. Sekarang aku cuman ingin libur 3 bulan saja kok,” ujar Andrian yang kemudian pergi meninggalkan rumahnya. Tak lama kemudian Charles menelepon Andrian. Ia yang akan mengantarkan Andrian ke bandara. Charles menunggu Andrian di supermarket yang tak jauh dari rumah Andrian. Andrian pun segera berjalan kesana dan menunggu Charles. Setelah Charles datang, ia menyuruh Andrian untuk segera masuk mobil agar tidak terlambat.
“Cih lu mau pergi, gua gak dikasih apaan gitu?” tanya Charles sambil melirik ke arah Andrian. Andrian hanya tertawa kecil dan merogoh sesuatu dari saku celananya.
“Gua gak sejahat itu kok. Gua dah nyiapin sesuatu buat lu,” jawab Andrian. Ia kemudian memberikan lipatan kertas yang ia tadi ambil dari saku celananya.
“Apaan ini?” Charles pun membuka lipatan kertas tersebut. Setelah ia buka ternyata kertas tersebut adalah surat diterimanya Charles untuk mengikuti lomba menggambar tingkat nasional. Jadi Charles ini ingin sekali mendaftar, namun ia selalu mendapat hambatan untuk mendaftar entah karena orang tuanya atau karena hal lain. Jadi Andrian yang akhirnya diam diam mendaftarkan Charles dengan modal hasil gambar Charles. Guru seni juga membantu Andrian dalam hal ini. Ia yang mencari tahu prestasi apa saja yang Charles punya. Tak hanya surat terima, Charles juga menerima kuintansi. Andrian menjelaskan bahwa ia sudah membeli beberapa alat untuk menggambar yang baru untuk Charles. Jadi Charles tinggal mengambilnya saja atas nama Andrian.
“WIH GILA ANJIR SUMPAH INI BUAT GUA?!” Charles histeris. Andrian hanya tertawa.
“Dah kan, gua baik kan?” tanya Andrian.
“Iyaaaa lu memang yang terbaik!” Charles kemudian menyimpan kertas tersebut. Mereka pun memulai perjalanan hingga sampai bandara. Charles kemudian mengantarkan Charles hanya sambil depan bandara. Kemudian Andrian berkumpul dengan yang lainnya dan mereka pun berangkat ke Amerika.
16 jam kemudian, Andrian sudah sampai di Amerika. Ia naik taksi untuk pergi ke flat yang akan ia tempati. Di perjalanan Andrian ingin sekali mengabari ayahnya jika ia sudah sampai di Amerika dengan selamat. Tapi mengingat kondisi saat Andrian pergi membuat Andrian mengurungkan niatnya.
Saat sudah sampai di flatnya, Andrian langsung tidur diatas sofa yang sudah disediakan karena ia sampai saat dini hari. Ia tidak mengganti bajunya. Sepertinya ia benar benar lelah.
Saat pagi tiba, tepatnya jam 10 pagi, Andrian baru bangun dari bunga tidurnya. Ia melirik jam dan kemudian ia pergi ke dapur untuk mengambil segelas air putih. Ia juga membuka kulkas untuk memastikan ia mempunyai sesuatu untuk dimakan pagi ini. Setelah melihat lihat isi kulkas, Andrian memutuskan untuk mandi. Andrian pun membuka kopernya dan mencari baju untuk dipakai. Saat hendak pergi ke kamar mandi, Andrian melihat jaketnya yang selalu dipakai oleh ayahnya. Jaket yang tak begitu bagus lagi karena terdapat robekan di lengannya sedikit. Ia mengambil jaket tersebut dan langsung melemparnya ke keranjang baju kotor. Kemudian ia langsung mandi.
Disaat yang bersamaan Nerissa sedang menggoreng telur untuk sarapan. Ia juga sudah membeli roti dari toko roti dekat sana. Ia memanggang rotinya dan menyeduh kopi. Setelah semua sudah siap, ia menyajikan sarapannya dan langsung memakannya. Sebelum memakannya ia mengabari ayahnya jika ia sedang sarapan. Murid pertukaran pelajar diberikan 5 hari libur agar bisa beradaptasi. Untuk yang berangkat lebih terlambat, hanya diberikan waktu 4 hari libur. Jadi semuanya masuk di waktu yang bersamaan. Hari ini Nerissa berencana untuk ke taman dekat flatnya dengan Agatha. Agatha adalah satu satunya murid yang ia kenal. Setelah selesai dengan sarapannya, Nerissa pun bersiap siap dan pergi.
Saat sampai di taman, Agatha sudah menunggu Nerissa. Mereka berencana untuk keliling sekitar flat agar tahu daerah yang mereka tinggali.
“Udah?” tanya Agatha yang berdiri ketika melihat Nerissa datang. Nerissa mengangguk dan mereka pun berkeliling.
“Rumah saudaramu dekat sini?” tanya Nerissa.
“Gausa formal begitu ah, pakai lu gua juga boleh.”
“Oh iya iya. Rumah lu deket sini?”
“Gak juga sih. Gua tadi kesini bawa sepatu roda.”
“Ohh..”
“Lu coba saja pakai sepatu roda biar cepet.”
“Gua oleng kalo pakai gituan Tha.”
“Ya latian dong Ner.”dan obrolan mereka terus berlanjut. Sesekali mereka mengunjungi toko yang mereka lewati. Entah untuk membeli sesuatu atau hanya untuk melihat lihat. Hari sudah semakin gelap. Nerissa dan Agatha memutuskan untuk pulang ke tempat tinggal masing masing. Nerissa tampaknya sudah mengantuk. Ia membawa beberapa kantung yang berisikan bahan makanan dan beberapa souvenir yang berhasil menarik perhatiannya. Karena terlalu banyak kantung kertas yang ia pegang, ia sulit untuk menekan passcode flatnya. Saat sedang kesulitan dengan urusannya, tiba tiba Nerissa melihat seorang laki laki yang menggunakan jaket hitam. Ia sepertinya baru akan masuk ke flatny. Nerissa haya sesaat menoleh ke arahnya dan kembali fokus pada usahanya menekan passcode. Laki laki itu hanya menatap Nerissa. Nerissa sesekali menatap balik laki laki itu. mungkin Nerissa mengharapkan bantuan dari laki laki itu. Namun laki laki itu malah masuk ke flatnya. Akhirnya Nerissa membuka pintu dan masuk walaupun ia harus mondar mandir masuk.
Andrian pun buru buru masuk ke dalam flatnya. Haduu harusnya gua bantu, batin Andrian. Ia begitu gugup. Ia bahkan tidak tahu jika Nerissa ikut. Iya, Andrian selama ini memperhatikan Nerissa. Nerissa pertama tertarik dengan Nerissa saat Charles dulu menceritakan banyak hal tentang Nerissa karena ia merupakan mantan pacar Charles. Charles sebenarnya ingin sekali mengenalkan Andrian kepada Nerissa, namun Andrian selalu menolak dengan alasan mungkin saja ini hanya perasaan Andrian yang tidak akan bertahan lama. Nyatanya sudah kurang lebih setengah tahun Andrian hanya melihat Nerissa sebagai pujaan hatinya. Andrian yang tiba tiba dapat telpon langsung mengambil ponselnya. Itu dari ayahnya. Andrian sebenarnya tidak yakin akan mengangkat telepon tersebut. Namun setelah teleponnya mati, Frederick terus menelepon Andrian hingga Andrian mengangkatnya.
“Halo?” Andrian memulai pembicaraan.
“Kenapa baru angkat?” tanya Frederick. Andrian terdiam sesaat untuk mencari alasan.
“Habis cuci baju,” jawab Andrian singkat.
“Kamu sudah ada baju kotor sebanyak itu? Padahal baru sehari.”
“Biar gak numpuk,” jawab Andrian dengan gugup.