Amor Prohibido

Aurellia Angelie
Chapter #15

Bab 14

Matahari sudah mulai tenggelam dan sampai sekarang Andrian belum menemukan tujuannya. Ia lapar, sendiri, dan kebingungan. Ia hanya menemukan dua cereal bar di dalam mobil tersebut. Ia sudah memakannya, namun rasa lapar ini tidak terbantahkan. BENAR BENAR LAPAR. Ia bahkan tidak membawa uang karena dompetnya tertinggal di mobilnya. Semuanya kacau. Andrian mulai menyalahkan Nerissa karena jika Nerissa tidak ingin ke kamar kecil, mereka tidak perlu bertemu dengan Frederick. Apalagi sekarang Andrian kehilangan jejak Nerissa yang sudah dibawa lari oleh Faza. Ia yakin, pasti Faza akan menyerahkan Nerissa kepada polisi.

“Buat apa sih dia ikut ikutan?!” gumam Andrian sambil memukul setirnya. Andrian mulai mengkhawatirkan keselamatannya dan Nerissa.

“Gak gua gak boleh setengah setengah!” gumam Andrian. Namun baru saja Andrian mengumpulkan niat, perutnya langsung berbunyi. Andrian masih lapar, dan akan seperti itu terus jika tidak diberi makanan. Akhirnya Andrian pun memutuskan untuk berhenti di sebuah minimarket.

Saat ia turun, ada beberapa orang yang sepertinya sedang berbincang bincang. Andrian tidak sengaja mendengar obrolan mereka.

(Dalam bahasa Inggris)

“Eh ada berita ini, katanya tadi ada ledakan di pom bensin. Polisi sih tadi katanya sudah nyelidikin, cuman semuanya sudah hangus termasuk rekaman CCTV,” ujar seseorang yang sedang mengobrol tersebut. Andrian yang mendengar itu langsung menghela nafas. Setidaknya dengan itu, ia bisa mengulur ulur waktu.

Andrian pun memasuki minimarket. Ia melihat lihat sekitar dan memastikan keadaan sudah aman. Iya, ia ingin mencuri beberapa bungkus roti yang nantinya akan ia sembunyikan dibalik jaketnya. Saat hendak mengambil roti di rak, tiba tiba seseorang menodongnya dengan senjata. Andrian pun berbalik.

(Dalam bahasa Inggris)

“Lengan jaket berlubang dan ujung tudung ada tinta. Angkat tangan!” seru orang tersebut. Orang itu menggunakan lencana yang artinya sepertinya ia anggota kepolisian.

Sial! Ini pasti jaket yang sering ayah pake makanya gua yang dituduh! Gua bukan Frederick!! batin Andrian.

Andrian pun sempat menatap mata orang tersebut. Ia juga mengangkat tangannya perlahan. Saat polisi itu hendak memborgol tangan Andrian, Andrian langsung mempelintir tangan polisi tersebut.

“I’m not him!” (Aku bukan dia!) bisik Andrian yang langsung menendang polisi tersebut dan berlari. Polisi tersebut yang terjatuh langsung berdiri dan mengejar Andrian. Mereka berdua cukup lama berlari. Andrian sebisa mungkin berlari sejauh mungkin. Setelah cukup jauh berlari, tiba tiba ada seseorang yang menarik Andrian dan langsung membawanya pergi. Alhasil polisi tersebut kehilangan jejak dan langsung menghubungi unit polisi yang lainnya.

Di sisi lain, Andrian hanya kebingungan karena ia dibawa oleh orang yang tak ia kenal menggunakan mobil. Namun Andrian tidak begitu memperdulikannya selama ia bebas dari kejaran polisi. Orang yang membawanya adalah seorang wanita. Ia tidak mengenali siapa wanita itu.

“Astrid,” ujar wanita itu. Ia membuka maskernya. Andrian tidak mengenalinya. Wanita itu memiliki rambut yang di semir menjadi warna tosca.

“Mobil lu ntar diambil. Jadi lu gak usah khawatir polisi bakal cari bukti di mobil lu itu,” seru Astrid. Andrian semakin kebingungan.

“Lu, lu bisa bahasa-“ sebelum Andrian menyelesaikan kalimatnya, Astrid sudah memotongnya.

“Iya, lu gak perlu ngomong pake bahasa Inggris ke gua. Gua bisa beberapa bahasa,” jelas Astrid sambil menyetir.

“Lu siapa?” tanya Andrian sambil membuang jaketnya di jalan.

“Lu diem aja, ntar lu tau tau sendiri,” jawab Astrid. Mereka pun terus mengarungi padang pasir hingga Astrid berhenti di sebuah gubuk.

“Turun!” suruh Astrid. Andrian pun turun. Ia sedikit celingak celinguk saat melihat sekitar. Astrid pun mengarahkan Andrian untuk masuk. Di dalam sana sangat berantakan. Astrid pun menyuruh Andrian untuk duduk sejenak.

“Lu mau minum gak?” tawar Astrid. Andrian menggeleng walaupun sebenarnya ia kelaparan. Melihat raut wajah Andrian yang nampaknya kelaparan, Astrid pun melemparkan dua bungkus roti untuk dimakan Andrian. Tanpa basa basi Andrian langsung melahap kedua roti tersebut.

“Dah makannya?” tanya Astrid. Andrian mengangguk sambil meremat bungkus ori tersebut. Astrid pun menekan tombol yang ada di celah celah rak buku dan tiba tiba lantai rumah tersebut naik. Dibawah lantai tersebut ada lift. Andrian yang melihat hal itu langsung membulatkan matanya dan menatap Astrid.

“Yuk!” ajak Astrid yang langsung masuk kedalam lift tersebut. Andrian pun ikut masuk dan lift tersebut mulai turun. Saat lift itu sudah berhenti, Andrian dan Astrid langsung keluar. Andrian masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Setelah melihat lihat tiba tiba ada seseorang yang menepuk pundak Andrian.

“What do you think?” (Apa yang kamu pikir?) tanya seseorang itu.

“Hah?! Faza?!” seru Andrian.

(Percakapan dalam bahasa Inggris)

Lihat selengkapnya