Amor Prohibido

Aurellia Angelie
Chapter #17

Bab 16

“Sherina Caringgton?” ucap Andrian pelan.

“Iya Dri, kenapa sih lu?” tanya Nerissa. Andrian kemudian menoleh kearah Nerissa.

“Nama gua Andrian Caringgton,” jawab Andrian. Nerissa pun membulatkan matanya.

“Ja.. Jadi ini nyo-“

“Nerissa, bilang sama gua kalo ini bukan nyokap gua plis!”

“Dri..”

“Ner, gua udah cari nyokap gua kemana mana, gak mungkin kan nyokap gua disini? Pasti ditempat lain. Ayo pergi!!” Andrian mulai berteriak dan menarik Nerissa sambil meneteskan air matanya.

“Andrian!”

“Ini bukan nyokap gua! Nyokap gua gak mungkin disini!” Andrian kembali berteriak.

“Bu, ini bukan ibu kan?! Bukan ibu Andrian kan?!” Andrian mulai berbicara ke arah makam tersebut.

“Tanggal lahirnya sama persis..” gumam Andrian. Nerissa hanya diam sambil mengelus elus punggung Andrian yang menangis di atas makam ibunya.

“Bu! Aku udah besar! Ibu gak mau liat aku?! Kemana ibu cepet banget perginya?! Bahkan gak pamit sama aku..” lanjut Andrian.

“Ner, sumpah yakinin gua kalo ini mimpi kan?! Ini bukan Sherina Caringgton kan! Bilang kalo ini gak nyata!” ujar Andrian sambil sedikit menggoyang goyangkan tubuh Nerissa. Nerissa hanya diam.

“Dri.. Lu yang sabar ya..” Nerissa mencoba untuk menenangkan Andrian.

“Ner, gua udah bertahun tahun ngidam ngidamin ketemu nyokap gua lagi. Gua kesini demi ketemu nyokap gua! Tapi gua gak pernah nyangka pertemuan gua bakal kayak gini..” Nerissa hanya diam mendengar itu. Ia yang kemudian tidak tega melihat Andrian menangis langsung menarik Andrian yang memeluknya.

“Lu kuat kok Dri, gua tau itu. Nyokap lu pasti bangga banget sama lu di atas sana. Gua yakin banget,” ujar Nerissa sambil memeluk Andrian.

“Ner, ini bukan nyokap gua. Fix ini orang lain kan. Mungkin aja kebetulan tanggal lahir sama namanya sama,” ujar Andrian yang masih tidak percaya dengan fakta yang harus ia hadapi. Nerissa sesaat menatap mata Andrian. Pandangan Andrian benar benar kosong.

“Dri, lu harus ikhlas. Lu jangan sedih gini, ntar nyokap lu jadi gak bisa tenang,” ujar Nerissa.

“Gimana gua gak sedih Ner...”

“Iya gua faham kok,” seru Nerissa. Beberapa saat kemudian Faza kembali dengan sebotol air mineral.

“Faza, can you take off this thing from my hand. I guess he needs time,” (Faza, kamu bisa lepaskan benda ini dari tanganku. Kukira dia butuh waktu) ujar Nerissa sambil menunjuk borgol yang ada di tangannya.

“I’m not gonna run. You can use the handcuff then, but let him alone. Let’s just watch him from far away,” (Aku tidak akan lari. Kamu boleh pakai borgol ini, tapi biarkan dia sendiri. Ayo kita aasi dia dari jauh) lanjut Nerissa. Faza pun mengiyakan permintaan Nerissa dan melepas borgol dari tangan Andrian dan menggunakannya. Faza pun akhirnya menarik Nerissa pergi dan mereka mulai mengawasi Andrian dari jauh.

(Percakapan dalam bahasa Inggris)

“Dia kenapa”?” tanya Astrid.

“Itu ibunya,” jawab Nerissa.

“Bukannya dia bilang kalo dia lagi cari ibunya?” tim ini akan tpal Faza.

“Iya ini udah ketemu,” jawab  Nerissa. Faza dan Astrid pun menunduk. Mereka hanya memandang Andrian dari jauh. Nerissa tidak menyangka hal ini akan terjadi apalagi mengingat Andrian begitu semangat mencari ibunya. Andrian hanya bisa menangis. Bahkan ibunya pergi sebelum melihat Andrian sukses. Sebuah impian bagi Andrian jika rapor sekolahnya bisa ibunya yang mengambil, jika ibunya hadir di wisuda Andrian. Tak lama setelah membiarkan Andrian menyendiri, Faza dan Nerissa memutuskan untuk mengajak Andrian pulang.

“Dri, udah ya... Gua tau lu kuat kok,” ujar Nerissa sambil memegang pundak Andrian.

“Lu masih inget kata kata terakhir nyokap gua ke lu?” tanya Andrian. Nerissa hanya menatap Andrian sambil mengingat ingat kembali.

“Terakhir gua ketemu dia, dia nyanyiin lagu buat gua sebelum tidur. Dia bilang gua harus bermimpi yang tinggi. Juga dia bilang jangan bergantung sama orang lain karena suatu saat orang itu pasti bakal pergi jauh dari kita, gitu katanya,” jelas Nerissa.

“Ohh...”

“Dia orang yang baik kok Dri, dan gua yakin dia seneng banget punya anak kayak lu. Gua inget dia selalu bilang kalo dia keinget terus sama anaknya. Tapi dia gak pernah ngasih tau gua siapa nama anaknya.”

“Seandainya gua bisa mutar waktu...”

“Lu bisa ngelakuin hal yang bermanfaat buat nyokap lu sekarang.”

“Kayak apa?”

“Kita bahas di rumah aja  ya. Lu juga belom makan kan? Yuk..” Nerissa menarik tangan Andrian perlahan namun Andrian menahannya.

“Bentar,” ucap Andrian yang kemudian mengecup makam ibunya.

“Bu.. Andrian tinggal dulu ya,” ujar Andrian. Mereka bertiga pun kembali ke tempat mobil mereka parkir. Disana Astrid masih menunggu mereka.

Malam hari telah tiba. Mereka berempat sedang beristirahat. Faza di depan komputernya, Astrid di depan meja kerja yang penuh senjata, Nerissa di sofa dan Andrian di bawah langit penuh bintang. Andrian hanya duduk di situ selama 2 jam. Karena merasa tidak tega melihat Andrian, Nerissa pun menghampirinya.

“Maaf,” ucap Nerissa. Andrian menoleh.

“Kenapa?” tanya Andrian.

“Gua masih merasa bersalah soal yang waktu itu.”

Lihat selengkapnya