Amor Prohibido

Aurellia Angelie
Chapter #19

Bab 18

“ANDRIANN!” teriak seseorang dari luar ruangan. Nerissa dan Andrian saling menatap satu sama lain. Nerissa pun beranjak namun Andrian mencegahnya.

“Mau apa?” tanya Andrian.

“Ngecek lah!”

“Bodo banget, sekarang cepet ambil senjata semuanya yang lu bisa bawa. Gua bakal nyiapin mobil sama ngangkut semua barang barang kita ke mobil diem diem. Oh ya, jangan lupa kunci lagi ruang senjatanya.”

“Hah buat apa?”

“CEPET!” Nerissa pun berlari ke ruang senjata. Ia mencoba berlari secepat mungkin dan setenang mungkin agar tidak ada yang mengetahui keberadaannya. Andrian pun sama, ia mengendap endap agar bisa mengangkut beberapa baju dan sisanya jika Andrian tidak sanggup, ia akan menyembunyikannya. Setelah mengemas semuanya, Andrian tiba tiba teringat dengan pesan Faza bahwa di bawah kasur ada beberapa peluru karet dan peluru serta senjata. Andrian pun mengemas semuanya dengan rapi dan kembali berjalan sambil bersembunyi agar tidak ada yang melihat.

Saat sudah sampai di mobil, Nerissa sudah berada di sana dengan beberapa senjata.

“Lu gak keberatan?” tanya Andrian.

“Keberatan lah anjir. Yakali ngga, harusnya gua yang bawa baju ih!” omel Nerissa.

“Yaudah cepetan masuk!” perintah Andrian sambil sedikit mendorong Nerissa agar masuk ke dalam mobil. Tak alam setelah itu, mereka mendengar ada suara tembakan.

“ITU! KEJAR!” teriak orang yang sepertinya menembak tadi. Andrian pun menginjak gas dan keluar dari garasi. Setelah keluar, ia berhenti sejenak dan meminta Nerissa untuk menjaga setirnya. Sedangkan Andrian langsung melemparkan granat ke arah rumah yang mereka tinggali tersebut. Tak sampai di situ, mereka berdua dikejar oleh beberapa mobil. Andrian mencoba untuk menghindar.

“Ner! Gua waktu itu ajarin lu caranya bidik kan?”

“Iya kenapa?!”

“Sekarang lu bantu gua, tembak pengemudinya atau bannya, faham?!” perintah Andrian. Nerissa pun mengambil sniper dan membidik mobil yang di belakang mereka dari dalam mobil. Satu mobil sudah tumbang dan tidak mengejar mereka kembali, tinggal 2 mobil lagi. Andrian yang menyetir juga sesekali ikut menembak. Di kanan kiri mereka benar benar hanya padang pasir sehingga Andrian tidak bisa menggunakan apapun untuk mengalihkan perhatian mereka. Tiba tiba Andrian teringat ide gila.

“Ner itu ada bensin di belakang sama tali coba kamu ambil!” suruh Nerissa. Nerissa pun mengambilnya.

“Terus apaan?” tanya Nerissa.

“Ujung tali lu iketin ke sesuatu yang berat!” ujar Andrian. Nerissa pun mengikatkan ujung tali dengan tang yang ada di kursi belakang.

 Andrian pun meningkatkan kecepatan hingga benar benar kencang hingga mobil yang mengejar mereka sudah hampir tidak terlihat. Lalu tiba tiba ia menghentikan mobilnya. Andrian pun meminta Nerissa menumpahkan bensin dan membuang tang dengan ujung tali di atas tumpahan bensin. Setelah melakukan hal tersebut, Andrian menjalankan mobilnya sambil terus menyuruh Nerissa untuk mengulur talinya agar tangnya tidak tergeser. Setelah merasa cukup, Andrian pun menyalakan korek api dan membakar ujung tali yang d genggam Nerissa dan memintanya langsung membuangnya. Ide Andrian ini bermaksud agar api yang tadinya ada di ujung tali yang dipegang Nerissa bisa merambat hingga ujung tali yang ada tangnya dan api itu menjadi besar karena bensinnya. Dan benar saja, ide Andrian itu berhasil dan membuat dua mobil itu terhalang dan tidak bisa mengikuti mobil mereka.

Setelah beberapa menit berkendara, Andrian pun memberhentikan mobilnya.

“Mau ngapain?” tanya Nerissa.

“Mau tidur dulu,” jawab Andrian. Nerissa pun memukul Andrian.

“HEH MANA ADA RAMBO JADI SLEEPING BEAUTY?!” protes Nerissa.

“Gua butuh mikir. Kalo gua gak tidur, gua gak bisa.”

“IHHH!” teriak Nerissa kesal. Andrian tak lama pun benar benar tertidur. Nerissa memutuskan untuk tidak tidur karena ia tidak mau jika saat ia tidur tiba tiba terjadi sesuatu terhadap mereka berdua. Nerissa hanya memandang ke sekitar dan melamun hingga lamunannya pecah karena Andrian tiba tiba secara tidak sengaja menyenderkan kepalanya di bahu Nerissa. Nerissa hanya terdiam dan membiarkan Andrian terus tidur.

Dri, makasih ya lu udah berkorban sebanyak ini demi gua. Bahkan lu tau kalo ini bakalan susah, tapi lu tetap terjang aja. Lu bisa aja kan gak peduli sama urusan bokap lu, tapi lu milih buat nyelametin gua. Makasih, batin Nerissa sambil tersenyum kecil. Tak lama setelah suasana hening terjalin, Andrian pun terbangun.

“Eh sorry sorry,” ujar Andrian yang baru saja terbangun. Nerissa hanya tersenyum.

“Gak apa apa,” kata Nerissa. Andrian mengangguk pelan.

“Jadi sekarang kita harus gimana?” tanya Nerissa.

“Gua bener bener gak tau gimana caranya orang orang itu nemuin kita. Secara kita dibawah pengawasan Faza. Mana bisa?” ujar Andrian.

“Kecuali...”

Mereka berdua pun langsung menuju ke tempat yang mereka pikirkan. Saat mereka sampai mereka langsung masuk. Nerissa tak lupa membawa senjata agar bisa berjaga jaga. Di sana, mereka berjalan dengan perlahan agar tidak ada yang mendengar.

“Faza!” seru Andrian. Iya, mereka berdua menemui Faza. Nerissa dan Andrian berpikir bahwa siapa lagi yang bisa ikut campur tangan kalau bukan Faza? Apalagi hanya dia dan Astrid yang tau keberadaan mereka.

“What’s wrong?” tanya Faza tenang. Nerissa pun terpaksa menodong Faza dengan senjatanya. Andrian yang melihat itu antara kaget dan tidak, secara Nerissa dulu hanyalah gadis lemah penakut yang cerewet. Sekarang? Nerissa sudah berubah menjadi gadis yang pemberani dan tangguh.

(Percakapan dalam bahasa Inggris)

“Kenapa sih?” tanya Faza kebingungan.

“Duduk!” perintah Nerissa. Faza hanya terdiam.

“Kamu gak denger dia ngomong apa?” bentak Andrian. Faza pun duduk.

“Apa maksudmu?” tanya Andrian. Faza hanya tertawa kecil.

“Maksudmu apaan?” tanya Faza.

“Kamu kan yang ngasih tau ayahku?” Andrian mencoba untuk menginterogasi Faza, namun Faza terus mengelak.

“Kenapa kalian mikirnya aku?” tanya Faza.

“Yang tau posisi kita cuman kamu sama Astrid. Dan gak mungkin Astrid yang kasih tau, secara Astrid emang ahli senjata yang legal. Sekalinya dia mau ngasih tau, dia pasti ngasih tau polisi, bukan ayahnya Andrian,” jelas Nerissa.

“Sekarang jawab!” bentak Andrian. Andrian dan Nerissa pun mendesak Faza agar ingin menjawab. Tiba tiba setelah menunggu beberapa saat, mereka bertiga mendengar suara orang bertepuk tangan. Andrian dan Nerissa pun menoleh ke belakang dan melihat siapa yang bertepuk tangan. Ternyata orang tersebut adalah ayah Andrian, Frederick.

“Bisa kejebak juga ya ternyata ya,” ujar Frederick. Andrian dan Nerissa benar benar terkejut. Mereka bertiga sekarang terkepung.

“Sorry Andrian. I have to do this because they forced me to. My father also did,” (Maaf Andrian. Aku harus ngelakuin ini karena mereka memaksaku. Ayahku juga) jelas Faza yang langsung berdiri di sebelah Nerissa. Nerissa pun mengeluarkan bom yang dia bawa untuk berjaga jaga.  

“But now, I’ll fight,” (Tapi sekarang, aku akan melawan) lanjut Faza. Andrian sebenarnya ingin sekali membunuh Faza saat itu juga. Tapi apa gunanya, jika Faza tidak ada pun, Andrian dan Nerissa akan tetap dalam bahaya. Nerissa hanya menatap Faza dengan tatapan kosong.

Lihat selengkapnya