Amora dan cita-citanya

Nabila azahra
Chapter #3

Hari pertama sebagai mahasasiswa kedokteran

Selesai mandi dan berpakaian rapi, Amora bergegas menyiapkan semua peralatan yang dibutuhkannya untuk kelas. Buku catatan, bolpoin, dan tentunya laptop yang ia dapatkan dari program beasiswa sudah siap di dalam tasnya. Di depan cermin, Amora merapikan rambutnya sekali lagi, memastikan penampilannya cukup rapi untuk hari pertama ini.

"Kamu bisa, Amora," bisiknya pada bayangan dirinya sendiri di cermin. Ada sedikit keraguan dalam dirinya, tapi ia tahu bahwa keyakinan adalah kunci untuk menghadapi apa pun.

Perjalanan menuju kampus pagi itu terasa berbeda. Tidak seperti hari orientasi yang penuh keramaian, hari ini terasa lebih tenang. Mahasiswa mulai berdatangan dengan ritme yang lebih santai, meski Amora bisa merasakan bahwa sebagian besar dari mereka, termasuk dirinya, menyembunyikan rasa gugup di balik senyuman dan sikap percaya diri.

Setelah turun dari angkot, Amora berjalan menyusuri trotoar menuju gedung Fakultas Kedokteran. Pemandangan taman yang hijau dan deretan pohon-pohon yang menjulang tinggi di sekitar kampus sedikit banyak menenangkan hatinya. Seperti biasa, ia tidak bisa menahan kekaguman terhadap kampus ini. Arsitektur yang modern dan suasana intelektual yang terasa di udara membuat Amora semakin yakin bahwa ini adalah tempat yang tepat baginya untuk mengejar impian.

Sesampainya di gedung fakultas, Amora segera menuju ruang kelas yang telah ditentukan untuk mata kuliah pertamanya. Jantungnya berdebar kencang saat memasuki ruangan. Di dalam, sudah ada beberapa mahasiswa yang duduk di kursi, terlihat berbincang satu sama lain.

Clara, yang duduk di deretan depan, melambaikan tangan ke arah Amora. "Amora! Di sini, ayo duduk bareng," panggil Clara dengan senyuman cerah.

Amora segera menghampirinya. "Hai, Cla. "Semangat ya untuk hari pertama ini!" katanya sambil duduk di samping sahabat barunya itu.

Clara mengangguk penuh semangat. "Aku nggak sabar banget! Aku yakin ini akan jadi perjalanan panjang yang seru. Eh, kamu sudah siap, kan? Aku dengar dosennya sangat tegas dan nggak suka kalau ada yang malas-malasan."

Amora tertawa kecil. "Ya, aku sudah siap. Walaupun agak gugup, tapi ini memang yang aku impikan."

Tak lama kemudian, seorang pria paruh baya memasuki ruangan. Amora langsung bisa menebak bahwa dia adalah dosen yang akan mengajar kelas pertama ini. Pak Dimas, begitu nama yang tertulis di papan jadwal kuliah, memiliki aura yang penuh wibawa. Meski wajahnya terlihat ramah, Amora bisa merasakan ketegasan dari sikapnya. Pak Dimas membawa beberapa buku tebal dan laptop, lalu menaruhnya di meja depan.

"Selamat pagi, mahasiswa baru," sapanya dengan suara tenang namun tegas. Selamat datang di Fakultas Kedokteran. Ini adalah hari pertama kalian memulai perjalanan panjang untuk menjadi seorang dokter. Dan perjalanan ini, saya jamin, tidak akan mudah. Tapi jika kalian bersungguh-sungguh, setiap tetes keringat dan air mata yang kalian keluarkan di sini akan sepadan dengan hasilnya."

Lihat selengkapnya