AMUK!

Nikodemus Yudho Sulistyo
Chapter #3

Siam

Aku telah mengunjungi kota-kota besar di berbagai negeri. Kini akhirnya aku telah sampai jua di pelabuhan Ayutthaya, negerinya bangsa Siam. Seperti kebanyakan kota, pelabuhan Siam ini juga ramai, meskipun sepengetahuanku, orang-orang Siam bukan bangsa pelaut seperti orang-orang Mangkasara dan Bugis.

Aku ingat, pulau Mangkasara di bawah kepemimpinan kerajaan Gowa dan Tallo telah dikunjungi beragam bangsa asing. Ketika bangsa Paranggi menundukkan Kesultanan Malaka pada tahun 1641 Masehi, lebih banyak orang Paranggi tinggal di Mangkasara, dan bertambah sekitar 2000 orang Paranggi yang kemudian tinggal di kerajaan Gowa pada tahun 1660. Setelah itu, bangsa Farang yang lain pun berdatangan. Sebut saja orang-orang Britania Raya dari Madras, orang Sepanyo[i] di Manila, Denmark dan Prancis, yang tentu saja awalnya beralasan untuk berdagang.

Aku dari awal keberatan dengan kebijakan kerajaan ini, tetapi tak bisa berbuat banyak. Karena jelas, hasilnya adalah para bangsat-bangsat Holanda merasa perlu untuk menguasai negara bandar yang merupakan tempat kelahiranku tersebut.

Bandar Mangkasara memiliki jangkauan perdagangan yang luas. Kami adalah para pelaut handal, maka kamilah yang menyebrangi lautan untuk meneruskan barang-barang perdagangan. Kapak besi yang didatangkan dari Sukadana[ii] diteruskan dari Mangkasara ke Manggarai, Timor, Tobungku dan Alor. Kulit penyu dari Tanimbar, Alor, Tobungku, Banggai. Mindanao, Sulu, Cebu, Brunei, Pasir dan Kutai, Berau, dan Tolitoli atau Buol kemudian dikirimkan lagi ke Betawi[iii], Banten, Malaka, dan Aceh. Lada dari Banjarmasin dipindahkan ke kapal yang berangkat ke Makao[iv]. Kain-kain indah dari Siam, Patani, Bali, Betawi, Banten, Jambi, Johor, Malaka dan Aceh, diteruskan balik ke Manggarai, Timor, Tanimbar, Alor, Bima, Buton, Tobungku, Banggai, Mindanao, Sulu, Makao, Manila, Cebu, Kamboja, Patani, pulau Jawa, Banjarmasin, Sukadana, Brunei, Pasir dan Kutai, Berau, dan Mandar.

Ah, jangan lupa mengenai perdagangan budak. Mereka diperjualbelikan, didatangkan dari Manggarai, Timor, Tanimbar, Alor, Buton, Mindanao, Sulu, Brunei, dan Berau, kemudian diberangkatkan lagi ke Betawi, Banten, Palembang, Jambi, Johor, Malaka, Aceh dan Banjarmasin.

Dengan pengalaman kelautan semacam itu, maka, berpindah dari satu wilayah ke wilayah lainnya bukanlah hal yang begitu berat buatku. Orang Mangkasara dapat bernafas dimana saja.

Daeng Tammu[v], panglima perang utama kepercayaanku, berdiri tegak tepat di sampingku. Passapu[vi]nya merah menyala, diikat erat melindungi rambutnya yang terurai panjang. Kulitnya sama seperti semua laki-laki Mangkasara, gelap terbakar matahari, menunjukkan bukti kebesaran kami sebagai pelaut.

Berdua kami di haluan kapal pinisi, memandang keramaian pelabuhan Siam.

Agak berdiri di belakang, I Patau[vii], seorang prajurit muda yang dekat denganku, berdiri sedikit kaku dengan tombak di tangan kanannya. Ia adalah pemuda pemberani, tetapi sedikit kurang pengalaman dibanding prajurit lainnya. Namun, jangan salah, meskipun ia terlihat sedikit gugup karena sampai ke negeri baru lagi, di medan pertempuran, I Patau sangatlah beringas.

Aku mengangkatnya sebagai pengawal pribadiku. Kedua orang tuanya telah tewas di dalam sengketa melawan orang-orang Bugis Bone. Ia kuangkat sebagai anak angkatku dan ia sendiri bersumpah, mengucapkan aru’[viii] di hadapanku dengan sebilah badik terhunus dan terangkat ke udara.

Namun, setelah itu, sungguh I Patau menjadi seorang pendekar muda yang piawai sekali dalam menggunakan senjata tusuk tikam seperti badik dan keris. Tombak di tangannya itu cenderung digunakan sebagai lembing yang dilemparkan, serangan awal untuk memecah perhatian musuh sebelum ia sendiri menyerang dengan badik dan kerisnya yang terselip di pinggang.

Tak lama, seseorang hadir di sampingku, memberikan hormat, sebelum mulai berbicara.

“Ampun, Tuanku, Daeng Mangalle. Hamba telah mendapatkan kabar bahwasanya rombongan kita akan disambut oleh kerajaan Ayutthaya untuk diantar langsung ke wilayah pemukiman khusus bagi orang-orang Mangkasara.”

Lihat selengkapnya