AMUK!

Nikodemus Yudho Sulistyo
Chapter #17

Menjaga harga Diri

Pemikiranku terbukti benar. Dua orang Mangkasara dengan tubuh dan wajah berjelaga bercampur darah, membelah rerumputan ilalang tebal nan tinggi-tinggi menyongsong kehadiran kami. Mereka berteriak nyaring, menunduk tetapi menyeruduk bagai dua ekor banteng terluka, menyerang ke arah kami.

Aku menebaskan pedangku ke depan, tetapi memapras rerumputan dan udara belaka. Begitu pula dengan lanceku yang yang kutusukkan ke depan kemudian, menancap ke kosongan yang melompong.

Hampir saja aku tersandung jatuh ketika ujung badik lawan sejarak dua ruas jari di depan wajahku. Aku mundur cepat dan dengan sigap mempertahankan kuda-kuda sembari memberikan perintah bagi prajurit Siam yang ada bersamaku untuk memberikan perlawanan balasan.

Setelah itu, pertempuran kecil nan singkat terjadi begitu cepat.

Pasukan Siam menusuk berbarengan, membuat satu orang Mangkasara yang hendak menusukku tadi tertancap tombak mereka dan mati seketika. Satunya, walau tak berhasil mendaratkan badiknya, bergulingan, menunduk dan berbalik melarikan diri berusaha menghilang.

Sekali lagi aku berteriak, memerintahkan pasukan pembedil menyasar orang Mangkasara yang berlari pergi itu.

Kurang lebih sepuluh prajurit Paranggi dan Prancis tambahan sudah berada di belakangku. Mereka langsung meletupkan bedil mereka. Peluru berdesing menghajar punggung lawan.

Tiga pembedil lain yang sebelumnya mengisi senjata mereka, kini juga telah siap.

“Tunggu. Jangan tembak. Sisakan peluru kalian. Yang lain, segera isi lagi. Masih ada sisa dari mereka bersembunyi di balik rerumputan.”

Dadaku bergemuruh. Perasaan ngeri sekaligus bersemangat, seperti sedang memburu binatang buas, berkecamuk di dalam jiwaku.

Pasukan Siam penombak kembali menghujamkan bilah-bilah lancip mereka pada tubuh seorang laskar Mangkasara yang berusaha melarikan diri tetapi mati tertembak itu. Bukan sekadar membuktikan bahwa sosok itu telah mati, tetapi juga melepaskan kemarahan dan kebenciannya.

Aku tak mencegah mereka.

Sudah 3 orang Mangkasara yang tewas.

Kembali, dalam tiga kali tarikan nafas, gerakan bayangan terlihat di depan kami.

Dua orang Mangkasara masuk kembali ke dalam rerumputan, sedangkan satu orang berlari keluar ke arah sungai.

Lihat selengkapnya