AMUK!

Nikodemus Yudho Sulistyo
Chapter #21

Ampunan

Lihatlah siapa yang datang ke depan gerbang istana Ayutthaya ini. Sosok tokoh Melayu setengah baya itu tergopoh-gopoh datang padaku bersama empat prajurit Siam bertombak. Ia mengenakan busana Melayu yang berciri keislaman, ditambah turban bergaya Arab yang menutupi penuh kepalanya. Empat penjaga itu telah melucuti keris yang ia bawa sebelumnya, meskipun aku yakin orang ini sudah memiliki keinginan untuk menyerahkannya dengan suka rela.

Wajahnya berpeluh dan menekuk sedemikian rupa. Ia berusaha menunjukkan raut wajah yang penuh penyesalan dan iba. Aku sudah bisa membacanya dari awal orang itu masuk ke dalam istana.

Ia bersimpuh di depanku. “Ampunkan hamba, Monsieur Constance. Telah terjadi sebuah hal yang menakutkan bagi kita semua karena kealpaan hamba. Bila diperkenankan bolehkah hamba bertemu dengan Yang Mulia Paduka Raja Phra Narai untuk langsung meminta ampunan.”

Naluriku langsung bekerja. Sudah terjadi kekacauan di dalam kelompok ini. Nampaknya sang ulama tokoh Melayu ini memutuskan untuk menyelamatkan dirinya sendiri sebelum semuanya terlambat.

Aku memiliki kesempatan yang baik untuk meredakan pemberontakan sebelum ada korban nyawa maupun harta.

“Jadi, engkau memutuskan untuk tidak ikut di dalam pemberontakan dan menyelamatkan diri sendiri, Tuan?”

“Ampun Monsieur Costance. Nama hamba Sheikh Ismail al-Farani. Hamba adalah seorang tokoh agama Islam dari orang-orang Melayu, yang sekali lagi ternyata telah terlalu jauh khilaf. Bukan maksud hamba untuk menyelamatkan diri sendiri, melainkan untuk mencegah keburukan yang lebih parah sehingga dapat merugikan kita semua,” ujarnya.

Aku menghela nafas panjang. “Ceritakan semua apa yang Tuan ketahui tentang pemberontakan ini.”

Aku tidak berbasa-basi. Aku tunjukkan kepada ulama Melayu ini bahwa sesungguhnya aku sudah tahu semua mengenai rencana pemberontakan mereka tersebut dan telah mempersiapkan segala sesuatu. Namun, aku memerlukan segala ihwal dan rincian rencana dan siapa saja yang terlibat.

Sang ulama memohon kepadaku untuk raja agar mengampuninya. Karena apa yang ia lakukan saat ini tidak lebih demi kepentingan negeri.

Lihat selengkapnya