AMUK!

Nikodemus Yudho Sulistyo
Chapter #23

Surga atau Neraka

Pengampunan besar-besaran serta sedikit saja hukuman telah dilaksanakan sesuai dengan perintahku. Sedikit saja kepala orang Melayu dan Champa yang dipamerkan di depan gerbang dinding benteng kota, beberapa di tepian sungai Chao Phraya menghadap ke arah pemukiman orang-orang muslim serta beberapa juga di sepanjang jalan menuju ke pasar di dalam dinding kota.

Aku sengaja tidak memberikan pengampunan bersyarat bagi saudara tiriku, Chao Fa Noi, menempatkannya bersana Chao Fa Aphitot di dalam benteng kota sebagai penjara dan pembatasan gerakan serta pengaruh mereka. Namun, aku membiarkan nyawa mereka di tempatnya.

Aku menangkap beberapa orang-orang penting Po Klaung dan Po Inra, kemudian menyiksa mereka habis-habisan sampai puncak ketahanan tubuh yang mereka mampu. Kebanyakan memang tewas karena tak sanggup menahan siksaan, tetapi yang berhasil selamat, aku lepaskan sehinga menjadi saksi ketegasan sekaligus kebijaksanaanku – bila mereka menganggap itu kekejaman, siapa yang peduli?

Po Dharmma, tetap mendapatkan jabatannya. Tidak ada hal istimewa yang kuberikan kepadanya. Akan tetapi hasilnya, ia menjadi sangat berterimakasih kepadaku. Bagaimanapun, para pemberontak itu diprakarsai oleh saudara-saudara kandungnya. Dengan mengampuni nyawanya saja itu sudah merupakan hadiah yang jauh dari pantas. Ia tidak berharap terimakasih dari kerajaan karena sudah membantu menggagalkan pemberontakan.

Beribu-ribu jumlah para pemberontak, dan aku hanya menangkap seratusan lebih orang, menyiksa dan membunuh mereka. Harga yang murah, sangat murah bahkan.

Memang, sekali lagi aku harus memastikan bahkan hukuman yang kuberikan pun sepedih dan semenyakitkan itu. Aku mengambil salah satu istri dari para tokoh pemberontakan yang beristri lebih dari satu, termasuk belasan anak-anak mereka yang telah menginjak usia remaja untuk dijadikan budak.

Pesan ini jelas dan nyata. Pemberontak akan mendapatkan hukuman yang setimpal. Namun, pesan juga kusampaikan kepada Daeng Mangalle dan orang-orang Mangkasara di bawah pimpinannya, bahwa kebaikan hatiku masih dapat mereka ambil. Uluran tanganku masih dapat mereka raih. Aku tidak akan membunuh dan menghukum Daeng Mangalle. Bahkan, khusus orang-orang Mangkasara, aku akan mengampuni nyawa mereka seluruhnya, tanpa hukuman berarti.

Mereka hanya perlu menunduk di depanku, sedikit lebih dalam dibanding sewaktu pertama kali mereka datang ke Siam dan menghadapku. Mereka hanya perlu meminta ampun kepadaku dengan tulus. Bagaimanapun, orang-orang Mangkasara memang masih penting bagiku.

Aku memberikan pesan ini selama beberapa masa.

Kurang lebih sepekan, dimana pengampunan diberikan dan hukuman dilaksanakan, berita mengenai pemberontakan di Bangkok telah sampai kepadaku pula.

Lihat selengkapnya