Tak kusangka semua rajutan cinta kita berakhir seperti ini. Terhempas bersama kenangan yang tak kunjung bisa kulesapkan. Bagaimana aku bisa memahamimu, jika hanya diam yang kau tunjukkan padaku? Bagaimana aku bisa mengerti, jika kau tak pernah berbagi? Diammu membuat denyut nadiku semakin terasa menyiksa, membuat setiap napas yang kuhirup seakan menjadi tabun di dalam rongga dadaku.
Semua rasa ini seakan menghimpit setiap langkahku untuk kembali bersamamu. Seberapa keras aku mencoba untuk hengkang darimu, tetap saja rasa ini kembali tertanam untukmu. Rasa yang seharusnya kulipurkan sejak lama. Rasa yang tak seharusnya mengekangku untuk mengesatkanmu dalam memoar dibenakku. Salahkah bila pada akhirnya aku memutuskan untuk menyerah? Ketika tak ada lagi yang kau tunjukkan untukku agar aku tetap mempertahankanmu. Bolehkah? Bolehkah bila seperti itu?
Aku menyerah dengan garis takdir yang ada di depanku, entah apa yang harus aku agihkan untuk membuatmu sadar adaku di sisimu. Setelah kemenyerahan ini meringkusku, mungkin pada akhirnya aku benar-benar akan 'melepaskanmu' bersama angin yang menelisik relung hatiku. Angin yang membawa nama lain, selain namamu.
~ Anquin~