An Adventure of Love 1

Anquin Dienna
Chapter #3

Chapter #3 Pertemuan

Seiring berjalannya waktu, aku mulai melupakan perasaanku terhadap Jian. Jangankan perasaan, wajah Jian pun samar-samar dalam otakku. Entah seperti apa wajah Jian? Aku tidak mengingatnya lagi. Berulang kali aku mencoba mengembalikan memoriku tentang Jian, tetapi hasilnya nihil. Bayangan Jian raib entah ke mana? Tak ada sedikit pun sketsa wajah Jian yang berhasil aku temukan di pikiran ini. Semua hilang!

Setahun berlalu, aku sudah lulus SD dan sekarang siap untuk menjalani testing di SMP. Aku tidak menyangka jika pada akhirnya aku akan kembali bertemu dengan Jian. Ternyata kami daftar di sekolah yang sama. Pertemuan itu bermula ketika aku bertemu dengan Alya dan Yessi. Setelah berbincang sebentar kami pun berjalan melewati lapang basket, menaiki anak tangga, dan melewati lapangan yang masih berselimutkan tanah merah. Sekolah ini memang sedang diperbaiki dan diperluas bangunannya, sehingga masih terkesan berantakan.

Dari kejauhan, samar-samar terlihat dua orang anak laki-laki memakai seragam putih dan celana merah melambaikan tangannya. Ya! Itu Jian dan Levi. Kami langsung menghampiri keduanya.

“Eh Quina, apa kabar? Udah lama banget ya nggak ketemu,” sapa Levi.

“Baik kok, iya udah setahun,” ujarku seraya tersenyum kepada Levi. Aku sempat menoleh dan menatap Jian lekat-lekat. Seketika memori tentang Jian muncul tanpa bisa dicegah. Aku kembali menemukan serpihan hatiku yang hilang. Meskipun saat itu aku belum mengerti bahwa perasaan itu adalah 'cinta'.

“Quina, kamu ruang berapa?” tanya Jian.

“Nggak tau, ini baru mau dicari di sini.”

“Yaudah sini, mana nomornya biar aku cariin,” tawar Jian.

Ada getaran hebat menggoncang dadaku, tapi aku berusaha tidak menghiraukannya. Aku segera memberikan nomor pesertaku kepada Jian dan ia langsung meraihnya. Jian mengajakku masuk dan mulai mencari tempat duduk milikku. Setelah beberapa menit berkeliling, hasilnya nihil. Pemuda itu sama sekali tidak menemukan tempat dudukku. Kemudian, Jian bergegas untuk mencarinya di ruangan lain. Tiba-tiba saja ia menggenggam tanganku dan menuntunku masuk ke setiap ruangan. Hal itu sontak membuatku terkejut dan membuat jantungku berlarian entah ke mana.

“Nah ini dia ruangan yang kita cari-cari dari tadi.” tunjuk Jian pada salah satu ruangan.

Lihat selengkapnya