“Kalian tahu cerita nabi Ayyub a.s?”
“Tahu!” Ghibran menjawabnya dengan semangat yang luar biasa.
Abi hanya tersenyum, sementara Umi mengelus lembut kepalanya. Saat ini mereka sedang ada diruang tengah, ada Ghibran, Lateef, Umi juga Abi.
Saat itu umur Ghibran baru 10 tahun, sementara Lateef 6 tahun. 13 tahun yang lalu. Aqilla belum hadir saat kebahagiaan keluarga ini terasa lengkap. Masa dimana mereka hanya mengenal kabar baik, dunia yang terasa aman, nyaman sekali kehidupan mereka.
“Nabi Ayyub a.s itu termasuk nabi yang kehidupannya hampir sempurna. Beliau kaya, punya Istri yang cantik-cantik, juga anak-anak. Kehidupan nabi Ayyub a.s sangat lengkap, bahagia sekali. Sampai syaitan iri terhadap nabi Ayyub, mereka dengan sengaja menghadap Allah SWT dan meminta izin untuk menguji nabi Ayyub a.s, dan Allah SWT mengizinkan itu. Setelah mendapat izin, syaita mulai dengan rencananya. Rencana apa, Ghibran?” Tanya Abi menguji.
“Syaitan merencanakan sesuatu yang bisa menghancurkan nabi Ayyub a.s, membuatnya lemah, karena Syaitan iri dengan keta’atan nabi Ayyub.” Jawab Ghibran dengan senyumannya.
“Lateef! Lateef juga mau ditanya!”
“Oke, coba Lateef. Katakana kepada Abi, apa yang dilakukan Syaitan?”
“Mereka mengambil harta nabi Ayyub a.s, tapi nabi tetap sabar dan ikhlas. Lalu syaitan mengambil anak-anaknya, tapi nabi masih sabar dan ikhlas. Kemudian syaitan memberikannya penyakit kulit, yang membuat kulit nabi Ayyub a.s bernanah dan seperti membusuk, bahkan banyak Belatung yang menggigiti kulitnya. Istri juga kerabat beliau pergi meninggalkan beliau, kecuali satu istrinya yang bernama Rahmah, dia tetap bersama nabi dan menemani nabi. Walaupun telah kehilangan segalanya, nabi Ayyub a.s tetap sabar dan ikhlas.”Jawab Lateef bercerita.
“Bahkan Bi, nabi Ayyub membiarkan belatung itu menggerogoti kulitnya, katanya itu rezeki belatung. Tubuh nabi Ayyub sangat mengerikan, penuh luka, nanah, dansebagainya. Sampai-sampai tulangnya terlihat. Sampai puncaknya nabi Ayyub a.s sekarat, maka segala puji bagi Allah SWT yang menyembuhkannya. Bahkan Allah SWT menggantikan apa-apa yang hiilang dari nabi Ayyub a.s” Lanjut Ghibran.
“Alhamdulillah, anak-anak Abi pintar. Jadi hikmah dari semua ini apa?”
“Harus sabar dan Ikhlas jika diuji!” Jawab Lateef mendahului Ghibran yang akan menjawab.
“Selain itu, kita tidak perlu berputus asa. Allah SWT selalu ada untuknya, yakinlah jika pertolongan Allah SWT itu dekat, sepanjang kita mau berusaha, sabar, dan ikhlas.”
“Satu lagi” Sela Umi. “Tawakal. Kalian harus serahkan semuanya kepada Allah SWT sepanjang kalian telah berusaha. Allah SWT lebih tahu kapan mengabulkan do’a hambanya, Dia lebih tahu kebaikan apa yang pantas untuk hambanya. Umi harap kalian seperti itu ya?”
“Iya, Umi!”