Apapun yang menjadi hal terpenting selalu yang di utamakan dalam hati
***
Rendra, Griya dan Putra kembali ke kelas, dan tetap seperti biasa empat orang yang lainnya tidak mau masuk kelas, entah apa yang mendasari mereka berempat tidak masuk ke kelas akan tetapi mereka tidak mempersalahkan semuanya.
"Kira-kira apa yang di katakan bener gak nih," pikir Rendra.
"Ya gak tahu. Yang penting kita selesaikan dulu pekerjaan kita ini setelah semuanya beres," kata Putra.
Mereka memilih melanjutkan perjalanan untuk ke kelas namun baru saja mereka masuk ke dalam kelas tiba-tiba satu lemparan hampir saja mengenai Rendra namun langsung di tepis oleh Putra. Griya yang melihat arah lemparan itu langsung memberikan tatapan yang tajam hingga akhirnya ia berjalan sambil menunjuk orang yang melempar.
"SIAPA YANG NGELEMPAR BATU KE ARAH SINI! AYO MAJU," tantang Griya.
Namun yang ditunjuk Griya tidak berani maju untuk menghadapinya. Hingga akhirnya Griya yang nafsu pun langsung berjalan secara cepat dan mencengkeram kerah baju sosok itu.
"Maksud lo apa lakuin tadi?" tanya Griya emosi.
"Gue gak sengaja kok," jawabnya santai.
"Lo sengaja g*blok! Lo pikir gue gak punya mata hah! Semua jelas di depan mata gue sendiri," kata Griya.
"Kalo emang iya kenapa hah!!" bukan orang yang sedang di cengkraman Griya melainkan orang lain yang langsung maju ke arah Griya.
Rendra dan Putra mendekati Griya, dan mereka melihat sosok yang sekarang maju di hadapan mereka. Ternyata yang di hadapan mereka itu adalah seseorang yang mereka kenal, ternyata mereka selama ini berada disini pantas saja mereka dilindungi karena memang sekolah ini sangat ketat dan susah untuk di jangkau.
"Lo mau minta ganti rugi, berapa? Sebutin?" tanyanya lagi.
"Gue gak minta ganti rugi kok. Cuma permintaan maaf aja setelah itu selesai gue nggak akan perpanjang," kata Putra.
"Oh itu doang. Rommy minta maaf," titah seseorang itu.