Anak-anak Tanpa Cinta

Lilis Alfina Suryaningsih
Chapter #5

Bab 4 | The Silence

Ketika kesendirian mendarat daging maka semua aspek kejahatan akan menyelimuti hati dan pikiran mereka

***

Arkan memilih pulang lebih awal, karena setelah melihat video tadi. Pikiran-pikiran masa lalunya terngiang-ngiang yang begitu saja dan itu membuat Arkan yang sudah lama mengubur masa lalu itu harus kembali dihadapkan dengan seseorang yang telah membuat hati dan mentalnya menjadi hancur sehancurnya.

Jujur. Kejadian ini sudah lama sekali, yaitu pada saat mereka menginjak bangku menengah pertama. Dimana dirinya memang mudah bergaul dengan orang lain akan tetapi satu yang menjadi permasalahannya yaitu dirinya yang lahir dari keluarga kalangan bawah yang makan sehari-harinya hanya tahu tempe dan telur. Itu saja setiap hari karena memang kalau orang tuanya tidak mampu memberikan makanan selain itu.

Bahkan dirinya yang mempunyai sifat dermawan terkadang selalu dimanfaatkan oleh teman-temannya. Tidak jarang makanan yang ia bawa ala kadarnya itu selalu dihabiskan asalkan ia mendapatkan teman dan bergaul dengan yang lainnya.

"Assalamualaikum Arkan pulang," kata Arkan.

Sepertinya kedua orang tuanya sudah pada tidur atau mungkin mereka belum pulang sama sekali karena mereka memang seharian masih mencari uang untuk makan sehari-hari. Tapi untungnya mereka tidak mempermasalahkan tentang uang sekolah Arkan, semenjak ia lulus dari SMP ia sudah mendapatkan beasiswa sampai ia kuliah bersama dengan 7 orang yang lainnya

Jadi orang tuanya tidak mempermasalahkan tentang pendidikan anaknya, namun mereka tetap mengalami krisis ekonomi apalagi sekarang bahan pangan semakin naik akibat naiknya BBM. Mau tidak mau merekalah bekerja keras dari siang sampai malam untuk mengumpulkan uang demi biaya hidup sehari-hari.

"Kayaknya mereka belum pulang deh, masa iya gue harus sendiri yang lagi malam ini. Bosen tahu sendirian mulu," kesal Arkan.

Arkan bingung ya harus ke mana malam ini padahal sekarang dia berada di depan rumahnya tapi ia seolah bingung harus masuk ke rumah itu aku mencari tempat ketenangan lain.

"Masa iya kembali ke basecamp. Kalau tahu gitu kenapa gue harus minggat tadi ya." Arkan menggaruk kepalanya bingung.

Namun tidak lama berselang tiba-tiba seseorang membunyikan klakson motor dia dan membuat Arkan yang tadinya bingung langsung memutar badan untuk melihat seseorang yang membunyikan klakson tadi.

"Putra!" kaget Arkan.

"Butuh temen, mending ikut gue yuk."

Seolah Arkan tidak memiliki pilihan lain akhirnya ia pun mengikuti ajakan Putra yang berjalan dan langsung menaiki motor Putra meninggalkan kediamannya.

Tidak lama motor Putra berhenti di sebuah rumah, dan sepertinya rumah ini adalah rumah kediaman Putra. Dan rumahnya tampak sepi sama seperti rumah kediaman Arkan sendiri.

"Sepi kan? Sama seperti rumah lo,"

Lihat selengkapnya