Setiap perbuatan ada pertanggung jawabanya, memang semua ada balasan baik langsung ataupun tidak
***
NOVAN ALZAHAIR RENDRA
BIN
RAJA GIAS ALZAHAIR
Lahir : Tasikmalaya, 24 Januari 2006
Wafat : Tasikmalaya, 17 September 2023
Suasana pemakaman ini tidak di hadiri banyak orang, hanya dari pihak kepolisian, tukang gali kubur, pihak rumah sakit dan Linda bersama Putra, sementara itu Griya tidak datang karena ada masalah kesehatan serta mentalnya. Putra menatap sendu batu nisan di hadapannya. Sekarang ia merasakan kehilangan, kalau mereka di bilang menyesal tentu saja. Penyesalan karena tidak menjaga rekan yang telah berkekeluargaan ini. Jika Griya mengamuk, menyesal dan menangis sejadi-jadinya saat melihat Rendra sudah tidak bernyawa, Putra hanya bungkam seribu bahasa melihat si paling bungsu yang sudah dingin pada saat di rumah sakit.
Air mata Putra tidak bisa keluar lagi karena ia telah menangisinya sepanjang malam. Rasa bersalah timbul di hatinya, padahal tinggal selangkah lagi rasa dendam mereka akan terbalaskan dan setelah itu mereka akan bahagia bersama-sama, tapi sekarang salah satu dari mereka telah berpulang jadi kebahagian mereka sirna begitu saja.
“Gue minta maaf Dra, karena gue sebagai sulung di dalam keluarga ini tidak bisa berbuat apa-apa, padahal sedikit lagi masalah kita akan kelar,”
“Asal lo tahu Dra, Griya depresi. Beberapa kali ia polisi memergoki ia mengakhiri hidupnya, menangis tengah malam menyebut nama lo. Minta maaf berkali-kali saat ia sedang melamun, dia yang paling bersalah karena lo yang menjadi tameng buat dirinya, malah ia sering berkata “harusnya yang mati itu gue, bukan elo.” Tanpa henti, tapi sekarang ia sudah di bawa ke rumah sakit jiwa untuk segera di tangani,”
“Jujur, gue akan menangis lagi mungkin? Atau gue akan larut dalam kesedihan yang berkepanjangan setelah lo pergi,”
Putra masih terus mengungkapkan rasanya kepada alm. Rendra, namun sepertinya waktu yang mereka gunakan terlalu lama. Mereka harus lakukan introgasi sekarang kepada Putra sekarang juga.
“Put, kita pulang.” Linda berusaha kuat dan tegas, tapi padahal hatinya sedih.
Mendengar hal itu Putra mengangguk dan “Dra, gue janji akan jagain Griya. Terima kasih menjadi rekan dan adik buat kekeluargaan ini. Lo hebat! Tuhan sayang sama lo lebih dari apapun,”
“Gue pamit. Mudah-mudahan gue bisa sering-sering kesini,”
Putra bangkit dari jongkoknya dan kedua polisi yang berjaga langsung memborgol tangannya dan berjalan meninggal pemakaman itu. Akan tetapi baru beberapa menit kepergian Putra dan Bu Linda serta dari kepolisian, datanglah empat orang yang memakai pakaian hitam mendekati makam milik Rendra.